Ikhbar.com: Sosok Walisongo Sunan Kalijaga banyak yang memahaminya karena beliau lama bertapa di kali atau sungai.
Namun demikian, Habib Luthfi bin Yahya berpendapat lain soal penamaan Sunan Kalijaga.
Menurut Habib Luthfi bin Yahya, ‘Kali’ itu mempunyai makna ‘Aliran’. Sedangkan ‘Jaga’ itu sesuai maknanya, yakni ‘Menjaga’.
“Jadi Sunan Kalijaga itu bukan berarti sunan yang bertapa di pinggir sungai sampai berlumut,” jelas Habib Luthfi dilansir dari YouTube Kanzus Merah Putih.
Habib Luthfi menjelaskan, bahwasannya pada zaman dulu itu agama lain sudah memiliki aliran yang banyak. Menurutnya, belum tentu antar aliran itu cocok.
“Sunan Kalijaga berfikir bagaimana Aliran-aliran tersebut agar tidak pecah belah,” ujarnya.
Habib Luthfi bin Yahya berpendapat, pada zaman itu, Portugis sudah luar biasa pengaruhnya di Indonesia. Hal ini menurutnya jika tidak dijaga maka akan dimanfaatkan oleh pihak lain untuk dibenturkan.
“Jika tanpa jasa Sunan Kalijaga mungkin Jawa sudah terpecah belah. Sunan Kalijaga itu hebat, beliau menjaga aliran supaya tidak pecah belah dan terus dipersatukan,” ucap Habib Luthfi bin Yahya.
Menurut Habib Luthfi bin Yahya, hal itulah yang harus diteruskan oleh generasi sekarang ini selaku umat Islam, selaku bangsa Indonesia.
“Jangan memberikan kesempatan kepada oknum-oknum lain untuk mempecah belah bangsa Indonesia,” katanya.
Habib Luthfi bin Yahya berpesan bahwasannya jangan kecewakan para perintis bangsa terdahulu yang telah menata tanah Jawa.