Ikhbar.com: Kabar mengejutkan datang dari Qatar pada Selasa, 22 November 2022. Tim Nasional (Timnas) Arab Saudi berhasil mengalahkan Argentina dengan skor 2-1 di laga perdana Grup C Piala Dunia 2022.
Atas kemenangan tersebut, Kerajaan Arab Saudi menjadikan Rabu, 23 November 2022, sebagai hari libur nasional. Kemenangan timnas Saudi dipandang sebagai kejayaan di lapangan sekaligus momen besar di panggung olahraga global.
Jajaran pemimpin dan para penggemar sepak bola di Arab Saudi tumpah ruah dan mengelilingi lapangan dengan konvoi mobil sembari mengibarkan bendera hijau. Mereka memproklamirkan diri telah memasuki era baru dalam dunia sepak bola internasional.
Perayaan itu bukanlah sesuatu yang berlebihan. Pasalnya, Argentina sudah barang tentu bukan negara peserta Piala Dunia yang sembarangan. Di sisi lain, sejarah sepak bola di Arab juga bukan perjalanan tanpa hambatan dan tantangan.
Sebagai pusat negeri muslim, Arab Saudi pertama-tama harus menimbang berbagai ketentuan agama tentang persepak-bolaan. Ada banyak kontroversi di dalamnya. Meskipun, pendapat yang masyhur, lebih banyak ulama yang menghalalkan sepak bola ketimbang mengharamkannya.
Dalam Bughyatul Musytaq fi Hukm al Lahwi wal La’bi was Sibaq, misalnya, disebutkan bahwa, “Para ulama Syafiiyah telah mengisyaratkan diperbolehkannya bermain sepak bola, jika dilakukan tanpa taruhan (judi). Dan, mereka mengharamkannya jika pertandingan sepak bola dilakukan dengan taruhan. Dengan demikian, hukum bermain sepak bola dan yang serupa dengannya adalah boleh, jika dilakukan tanpa taruhan (judi).”
Sementara Sayyid Ali Al-Maliki dalam Bulughul Umniyah menjelaskan, “Hukum bermain sepak bola secara umum adalah boleh dengan dua syarat. Pertama, sepak bola harus bersih dari unsur judi. Kedua, permainan sepak bola diniatkan sebagai latihan ketahanan fisik dan daya tahan tubuh sehingga si pemain dapat melaksanakan perintah sang Khalik (ibadah) dengan baik dan sempurna.
Sedangkan Syekh Abu Bakar Al-Jazairi dalam Minhajul Muslim menerangkan, “Bermain sepak bola boleh dilakukan, dengan syarat meniatkannya untuk kekuatan daya tahan tubuh, tidak membuka aurat (bagian paha dan lainnya), serta si pemain tidak menjadikan permainan tersebut dengan alasan untuk menunda salat. Selain itu, permainan tersebut harus bersih dari gaya hidup glamor yang berlebihan, perkataan buruk dan ucapan sia-sia, seperti celaan, cacian, dan sebagainya.”
Arab Saudi berkenalan dengan sepak bola dimulai pada 1920-an. Permainan adu keluesan kaki menggiring si kulit bundar itu pertama kali ditunjukkan para imigran dari Mesir dan Sudan.
John Nauright dan Charles Parrish dalam Sports Around the World: History, Culture, and Practice (2012) menuliskan, aktivitas sepak bola di Arab Saudi pertama kali muncul di Kota Jeddah.
“Jeddah, kota di tepi Laut Merah, menjadi gerbang bagi umat Islam yang hendak menunaikan umrah dan haji di Mekkah. Jeddah juga menjadi pintu masuk orang-orang dari luar negeri, seperti Sudan dan Mesir yang membawa budaya serta hobi mereka, termasuk sepak bola,” tulis mereka.
Setelah kian memasyarakat, warga Arab Saudi pun mulai membentuk klub sepak bola pertamanya bernama Al Ittihad pada 1927.
Al Ittihad dibentuk oleh sejumlah tokoh yang sebelumnya aktif di organisasi yang mewadahi multicabang olahraga, yakni Hijazi Sports Club. Pendirian klub Al Ittihad, bahkan mendahului dari kelahiran Kerajaan Arab Saudi sendiri yang baru dilakukan unifikasi pada 1932.
Akan tetapi, perkembangan sepak bola di Arab Saudi baru mulai cerah pada 1951. Turnamen resmi pertama mereka adalah Prince Abdullah Al Faisal Cup.
Amin Saati, dalam Encyclopedia of the History of Sports Movement in the Kingdom of Saudi Arabia (1998) menceritakan, memasuki tahun 1957, Arab Saudi mulai menggelar liga nasional dengan menarungkan klub-klub asal Mekkah, Jeddah, Al Qasssim, dan Hail.
“Mereka memperebutkan King’s Cup. Jadi liga-liga regionalnya bukanlah kejuaraan, melainkan cuma semacam kualifikasi ke fase final Liga Saudi,” tulis dia.
Setahun sebelumnya, Arab Saudi telah resmi tercatat sebagai anggota Federasi Sepak Bola Internasional (FIFA). Namun, mereka baru bisa ikut kualifikasi Piala Dunia Zona Asia pada 1978.
Di Asia, Saudi baru tercatat sebagai anggota Konfederasi Sepak Bola AFC pada 1972. Sedangkan Piala Dunia 1994 di Amerika Serikat, Arab Saudi menjalani debutnya di putaran final.
Semenjak itulah, Saudi mulai diperhitungkan dalam berbagai turnamen Asia maupun dunia. Di antara prestasi yang cukup mencolok adalah ketika Arab Saudi berhasil menjadi runner-up di Piala Asia pada 1992, 2000, dan 2007.