Ikhbar.com: Ajaran Islam membimbing setiap aktivitas seorang Muslim, termasuk mendaki gunung, agar memiliki nilai ibadah. Kegiatan mendaki gunung dapat menjadi sarana tafakur untuk merenungi kebesaran ciptaan Allah Swt.
Seorang Muslim wajib membekali diri dengan niat yang benar, doa, zikir, dan adab sesuai syariat. Bekal ini mengubah pendakian dari sekadar rekreasi fisik menjadi amal saleh yang meningkatkan ketakwaan.
Al-Qur’an menempatkan gunung pada kedudukan istimewa dan agung. Allah Swt memilih Gunung Thur di Sinai sebagai tempat menurunkan wahyu kepada Nabi Musa As. Peristiwa ini menunjukkan kemuliaan gunung sebagai lokasi yang diberkahi.
Allah Swt juga menggambarkan gunung sebagai makhluk-Nya yang tunduk dan patuh, sebagaimana firman-Nya:
لَوْ أَنْزَلْنَا هَذَا الْقُرْآنَ عَلَى جَبَلٍ لَرَأَيْتَهُ خَاشِعًا مُتَصَدِّعًا مِنْ خَشْيَةِ اللَّهِ
“Sekiranya Kami turunkan Al-Qur’an ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan takut kepada Allah.” (QS. Al-Hasyr: 21)
Dari sudut pandang spiritual, aktivitas mendaki gunung juga menjadi ajang tazkiyatun nafs atau proses penyucian jiwa. Dengan menyadari betapa kecilnya diri di hadapan alam semesta, akan lahir rasa syukur yang mendalam serta kerendahan hati di hadapan Allah.
Baca: Arab Saudi Buka Jalur Pendakian Gunung Saksi Kisah Cinta Laila-Majnun
Daftar doa
Untuk melengkapi perjalanan spiritual, seorang Muslim sebaiknya membekali diri dengan doa-doa yang dianjurkan. Saat hendak memulai perjalanan, pendaki dapat membaca doa safar berikut untuk memohon kebaikan dan perlindungan:
اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ فِي سَفَرِنَا هَذَا البِرَّ وَالتَّقْوَى، وَمِنَ العَمَلِ مَا تَرْضَى, اللَّهُمَّ هَوِّنْ عَلَيْنَا سَفَرَنَا هَذَا وَاطْوِ عَنَّا بُعْدَهُ
Allahumma innaa nas’aluka fii safarinaa haadza al-birra wat-taqwa, wa minal-‘amali maa tardha. Allahumma hawwin ‘alainaa safaranaa haadza wathwi ‘annaa bu’dahu.
“Ya Allah, kami memohon kepada-Mu dalam perjalanan ini kebaikan, takwa, dan amal yang Engkau ridai. Ya Allah, mudahkanlah perjalanan kami ini dan dekatkanlah jaraknya bagi kami.” (HR. Muslim)
Ketika jalur pendakian mulai menanjak dan terasa berat, dianjurkan untuk mengagungkan Allah seraya memohon kemudahan. Doa berikut ini dibaca Rasulullah Saw saat berada di ketinggian:
اللَّهُمَّ لَكَ الشَّرَفُ عَلَى كُلِّ شَرَفٍ، وَلَكَ الْحَمْدُ فِي كُلِّ حَالٍ
Allahumma lakasy-syarafu ‘ala kulli syaraf, wa lakal-hamdu fi kulli hal
“Ya Allah, hanya milik-Mu segala keagungan di atas segala keagungan, dan bagi-Mu segala puji dalam setiap keadaan.” (HR. Imam Ahmad)
Untuk memohon keamanan di lokasi pendakian, pendaki bisa meneladani doa Nabi Ibrahim As yang memohon keamanan bagi negerinya:
رَبِّ اجْعَلْ هَذَا الْبَلَدَ آمِنًا
Rabbi-j’al haadzal-balada aaminan
“Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini negeri yang aman.” (QS. Ibrahim: 35)
Ketika menghadapi situasi sulit atau merasa sangat membutuhkan pertolongan, doa Nabi Musa As ini sangat relevan untuk dipanjatkan:
رَبِّ إِنِّي لِمَا أَنْزَلْتَ إِلَيَّ مِنْ خَيْرٍ فَقِيرٌ
Rabbi inni lima anzalta ilayya min khairin faqir
“Ya Tuhanku, sesungguhnya aku sangat memerlukan suatu kebaikan (rezeki) yang Engkau turunkan kepadaku.” (QS. Al-Qashash: 24)
Ketika terpesona oleh keindahan alam yang luar biasa, hendaknya lisan basah dengan zikir sebagai bentuk pujian. Salah satu zikir yang dapat diucapkan adalah:
سُبْحَانَ اللَّهِ وَبِحَمْدِهِ، عَدَدَ خَلْقِهِ، وَرِضَا نَفْسِهِ، وَزِنَةَ عَرْشِهِ، وَمِدَادَ كَلِمَاتِهِ
Subhanallahi wa bihamdihi ‘adada khalqihi wa ridha nafsihi wa zinata ‘arsyihi wa midada kalimaatihi
“Maha Suci Allah dan segala puji bagi-Nya sebanyak jumlah makhluk-Nya, sesuai keridaan-Nya, seberat timbangan Arsy-Nya, dan sebanyak tinta untuk menulis kalimat-Nya.” (HR. Muslim)
Baca: Doa Selamat dari Letusan Gunung dan Bencana Lainnya
Meluruskan niat
Selain membekali diri dengan doa, kesempurnaan pendakian seorang Muslim terletak pada adab yang dijaga. Adab paling utama adalah meluruskan niat. Setiap langkah hendaknya ditujukan untuk bertafakur atas ciptaan Allah, bukan untuk kesombongan, pamer, apalagi menantang alam.
Seorang pendaki juga wajib menunaikan perannya sebagai khalifah fil ardh dengan menjaga kelestarian alam, antara lain dengan menjaga kebersihan, tidak merusak lingkungan, dan membawa kembali sampah yang dihasilkannya.
Tak kalah penting, seorang Muslim tidak boleh meninggalkan salat fardu. Ia harus mengatur waktu pendakian dengan baik atau memanfaatkan rukhsah (kemudahan) dalam salat, seperti jamak dan qashar, apabila syaratnya terpenuhi.
Terakhir, hindari sifat takabur. Jangan meremehkan kekuatan alam dan selalu sadari kelemahan diri di hadapan kekuasaan Allah Swt.
Dengan demikian, pendakian tidak hanya bermakna keberhasilan fisik dalam mencapai puncak, tetapi yang lebih utama adalah keberhasilan spiritual dalam mendekatkan diri kepada Allah Swt.