Santri Harus Cakap Digital

Kegiatan forum Peningkatan Kompetensi Ustadz pada Satuan Pendidikan Diniyah Formal (PDF) Kementerian Agama. Foto: Dok. Kemenag

Ikhbar.com: Menjadi seorang santri dituntut tidak hanya menguasai bidang keilmuan agama. Di era sekarang ini, mereka juga diimbau untuk aktif dalam transformasi digital.

Demikian disampaikan Pelaksana Tugas (Plt) Dirjen Pendidikan Islam, Abu Rokhmad dalam forum Peningkatan Kompetensi Ustadz pada Satuan Pendidikan Diniyah Formal (PDF) yang digelar di Pangkal Pinang pada Senin, 29 April 2024.

Untuk menunjang dakwah santri di era digital, ia mengaku pihaknya akan menyiapkan sejumlah program fasilitasi. Dengan demikian, diharapkan kaum sarungan bisa lebih aktif di dunia digital.

“Program Rumah Kitab memudahkan akses umat. Ini menyimbolkan integrasi santri dalam masyarakat internet,” katanya ditutup dari laman Kemenag pada Kamis, 2 Mei 2024.

Baca: Wamenkominfo Sebut Santri Punya Tanggung Jawab Sebarkan Budaya Digital

Oleh karena itu, Abu Rokhmad mengimbau kepada instansinya untuk terus berupaya merespons kebutuhan pesantren. Selain itu, meningkatkan mutu pendidikan dalam lingkungan PDF juga perlu terus dilakukan.

“Kami diberi amanat oleh undang-undang pendidikan untuk mendukung pembinaan pesantren. Kendati demikian, tantangan besar kami adalah mengintegrasikan semua pesantren yang memiliki PDF ke dalam sistem pendidikan nasional yang responsif,” katanya.

Dalam kesempatan itu, ia juga menekankan pentingnya peran ustaz dan ustazah dalam proses pembelajaran di PDF. “Transformasi pendidikan menjadi fokus utama kita. Santri harus terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran,” ujar sosok yang juga Guru Besar UIN Walisongo itu.

Menurutnya, dialog antara ustaz, ustazah, dan santri esensial untuk memastikan pendidikan Islam yang berkualitas dan relevan dengan tuntutan zaman. 

Ke depan, kata Abu, PDF harus menjadi destinasi utama bagi santri yang ingin melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, seperti Mahad Aly, serta menjadi landasan bagi santri dalam pembelajaran dan tata kelola pendidikan.

Sementara itu, Plt Direktur Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren, Waryono Abdul Ghofur, menyoroti kurangnya representasi PDF di ranah digital.

“Penting bagi PDF untuk memiliki kehadiran yang luas di platform digital untuk meningkatkan aksesibilitas dan pemahaman masyarakat,” kata Waryono.

Waryono menekankan bahwa sebagai bagian dari pendidikan formal, PDF wajib mematuhi standar yang berlaku, termasuk memiliki kurikulum yang jelas dan administrasi yang teratur. Perluasan pemahaman masyarakat terhadap berbagai satuan pendidikan formal, termasuk PDF, merupakan fokus utama.

Pria asal Cirebon ini menekankan perlunya upaya bersama untuk mengenalkan berbagai satuan pendidikan formal melalui berbagai media, dengan meningkatnya pemahaman masyarakat. Dengan demikian, diharapkan akan tercipta lingkungan yang mendukung bagi perkembangan Pendidikan Diniyah Formal.

“Memperluas pemahaman masyarakat terhadap pendidikan formal, termasuk PDF, merupakan prioritas kami,” tegasnya.

Di samping itu, Waryono juga mengajak para ustaz dan ustazah untuk lebih mendalami kitab-kitab karya ulama Nusantara. 

“Warisan intelektual ini sangat penting untuk pembentukan identitas keagamaan dan intelektual bangsa kita,” pungkasnya.

Kasubdit Pendidikan Diniyah dan Ma’had Aly, Mahrus Elmawa, menyampaikan hasil diskusi singkatnya dengan Ketua Asosiasi PDF. Dalam pertemuan tersebut, Elmawa mengajukan pertanyaan kunci, “Apa yang sebenarnya dibutuhkan oleh PDF untuk meningkatkan kompetensinya setelah acara Peningkatan Kompetensi ini?”

Dalam diskusi tersebut, muncul dua jawaban. Pertama, terkait dengan aspek Manhaj atau Metode Pembelajaran. Ini menunjukkan bahwa pentingnya memperkuat aspek pendekatan dan metode dalam proses pembelajaran di PDF. Kedua, pentingnya memahami kitab-kitab kuning. Ini menyoroti betapa pentingnya pengenalan dan pemahaman terhadap literatur Islam klasik dalam meningkatkan kompetensi di bidang ini.

Ikuti dan baca artikel kami lainnya di Google News.