Ikhbar.com: Ketimpangan ekstrem yang terjadi di dunia mengakibatkan banyak orang terjebak dalam kemiskinan dari generasi ke generasi. Organisasi nirlaba yang berbasis di Inggris, Oxfam melaporkan, tren tersebut diprediksi akan membuat kemiskinan di dunia tidak akan bisa diberantas hingga 229 tahun ke depan.
“Kesenjangan antara kaya dan miskin kemungkinan akan meningkat,” tulis laporan tersebut, sebagaimana dikutip dari The Guardian, pada Selasa, 16 Januari 2024.
Baca: Islam di Burundi, Negara Termiskin yang Populer di TikTok
Yang kaya makin kaya, yang miskin makin miskin
Oxfam menyebut, lima orang terkaya di dunia saat ini memiliki kekayaan 869 miliar dolar Amerika Serikat (AS) atau setara Rp13.522.509.000.000.000 (kuadriliun). Sementara 60% kelompok termiskin di dunia yang mencakup hampir 5 miliar orang telah kehilangan uang sejak 2020 lalu.
Peningkatan kesenjangan secara dramatis itu disebut terjadi sejak pandemi Covid-19.
“Kami juga menemukan bahwa tujuh dari 10 perusahaan terbesar di dunia memiliki miliarder sebagai CEO atau pemegang saham utama di tengah standar hidup jutaan pekerja di seluruh dunia mengalami stagnasi,” tulis mereka.
Dengan mengolaborasikan data dari perusahaan riset Wealth X dan Forbes, Oxfam menyatakan kekayaan gabungan dari lima orang terkaya di dunia, yakni Elon Musk, Bernard Arnault, Jeff Bezos, Larry Ellison, dan Mark Zuckerberg telah meningkat sebesar 464 miliar dolar AS. Sedangkan total kekayaan 4,77 miliar orang termiskin di dunia telah menurun sebesar 0,2%.
“Orang-orang di seluruh dunia bekerja lebih keras dengan jam kerja yang lebih lama. Mereka juga sering kali menerima upah yang sangat rendah dalam pekerjaan yang berbahaya dan tidak aman,” kata laporan tersebut.
“Di 52 negara, upah riil rata-rata hampir 800 juta pekerja telah turun. Para pekerja ini telah kehilangan total kerugian sebesar 1,5 triliun dolar AS selama dua tahun terakhir, setara dengan hilangnya gaji selama 25 hari untuk setiap pekerja,” sambung Oxfam.
Baca: Sarjana Hukum, Bisnis, dan Humaniora Mesir ‘tak Laku,’ Bagaimana dengan Indonesia?
Oxfam menyebut indeks terbaru menemukan bahwa ketimpangan pendapatan global kini sebanding dengan Afrika Selatan sebagai negara dengan ketimpangan tertinggi di dunia.
“Kelompok satu persen terkaya di dunia memiliki 59 persen dari seluruh aset keuangan global, termasuk saham dan obligasi,” tulis mereka.
Kepala eksekutif Oxfam, Aleema Shivji mengatakan, laporan itu semakin menunjukkan bahwa kemiskinan ekstrem di negara-negara miskin meningkat setelah pandemi. Di sisi lain, sejumlah orang superkaya berlomba untuk menjadi triliuner pertama di dunia dalam 10 tahun ke depan.
“Jurang pemisah yang semakin lebar antara kelompok kaya dan kelompok miskin ini bukanlah suatu kebetulan dan juga tidak dapat dihindari. Pemerintahan di seluruh dunia dengan sengaja membuat pilihan politik yang memungkinkan dan mendorong terjadinya distorsi konsentrasi kekayaan ini. Sementara ratusan juta orang hidup dalam kemiskinan,” katanya.