Ikhbar.com: Perdana Menteri Malaysia, Anwar Ibrahim, mengkritik keras Meta Platforms, induk dari media sosial Facebook dan Instagram, setelah unggahannya terkait pembunuhan pemimpin Hamas, Ismail Haniyeh, dihapus pada Kamis, 1 Agustus 2024.
Reuters melaporkan, dalam unggahan tersebut, Anwar membagikan rekaman video percakapan teleponnya dengan seorang pejabat Hamas, di mana ia menyampaikan belasungkawa atas kematian Haniyeh.
Baca: Pemimpin Hamas Tewas di Teheran Iran
“Biarlah ini menjadi pesan yang jelas dan tegas kepada Meta: Hentikan tindakan pengecut ini,” tulis Anwar di halaman Facebook-nya, dikutip pada Kamis, 1 Agustus 2024.
Menteri Komunikasi Malaysia, Fahmi Fadzil, menyatakan bahwa pihaknya telah meminta penjelasan dari Meta mengenai penghapusan tersebut. Ia mengungkapkan, tidak jelas apakah postingan tersebut dihapus secara otomatis atau setelah ada keluhan.
Insiden ini bukan yang pertama kali terjadi antara Malaysia dan Meta. Sebelumnya, pada Mei lalu, Fahmi telah menuntut penjelasan dari Meta, atas penghapusan postingan media lokal yang meliput pertemuan Anwar dengan pemimpin Hamas, Ismail Haniyeh di Qatar pada Senin, 13 Juni 2024.
“Saya mengutuk tindakan Meta yang menghapus unggahan, terutama terkait dengan kunjungan resmi perdana menteri ke Qatar,” ujarnya.
Laporan itu juga menyatakan, bahwa Malaysia, sebagai negara dengan mayoritas penduduk Muslim dan pendukung vokal perjuangan Palestina, telah mengirimkan surat kepada Meta untuk meminta penjelasan atas penghapusan unggahan dua organisasi media yang meliput pertemuan Anwar. Selain itu, akun Facebook outlet ketiga yang meliput isu-isu Palestina juga ditutup.
Baca: Tampuk Kepemimpinan Hamas Diprediksi Kembali ke Khaled Mashal
“Yang saya sesalkan adalah tindakan ini diambil oleh sebuah organisasi yang berbasis di Amerika Serikat, dan jelas bahwa mereka tidak menghormati kebebasan media dalam menggunakan platform mereka.” ungkapnya.
Fahmi telah memperingatkan pada Oktober 2023, bahwa tindakan tegas dapat diambil terhadap Meta dan perusahaan media sosial lainnya, jika mereka memblokir konten pro-Palestina di platform mereka.
Meta sendiri menyatakan bahwa mereka tidak sengaja menekan suara-suara pro-Palestina di platformnya, dan menolak klaim bahwa mereka membatasi konten yang mendukung Palestina.