Ikhbar.com: Serangan militer Israel ke Gaza sudah melampaui 40 hari sejak dimulai pada 7 Oktober 2023 lalu. Gempuran membabi-buta ini mengakibatkan banyak warga sipil Palestina meninggal dunia dan infrastruktur fasilitas publik rata dengan tanah.
Kementerian Kesehatan di Gaza, per Kamis, 16 November 2023 mencatat, lebih dari 11.500 orang tewas akibat serangan tidak manusiawi tersebut. Dari jumlah itu, sebanyak 4.710 adalah anak-anak, dan 3.160 merupakan perempuan. Sementara untuk jumlah orang luka-luka tercatat sebanyak lebih dari 29.800 orang dengan 70% korbannya adalah anak-anak dan wanita.
Selain itu, lebih dari 222.000 unit tempat tinggal dilaporkan rusak akibat ledakan bom. Sementara sekurangnya 54 ribu rumah lainnya rata dengan tanah. Berikutnya, dilaporkan pula sebanyak 300 fasilitas pendidikan hancur, 87 ambulans rusak, dan 11 toko roti bangkrut usai dirudal Israel.
Korban tidak hanya terdiri dari masyarakat umum, Komite Perlindungan Jurnalis (CPJ) dan Federasi Jurnalis Internasional (IFJ) per Senin, 13 November 2023 mencatat, sebanyak 41 wartawan, yang sebagian besarnya merupakan warga Palestina, terbunuh sejak hari pertama perang.
Dari sumber yang sama juga tercatat, sejak pekan pertama perang dimulai, di setiap jamnya setidaknya tercatat ada 15 orang (enam di antaranya anak-anak) tewas, 35 orang terluka, 42 bom dijatuhkan, dan 12 bangunan hancur.
Baca: Jalur Gaza dari Masa ke Masa
Kota terpadat
Gaza memiliki populasi sekitar 2,3 juta orang dan menjadi salah satu wilayah terpadat di dunia. Kota ini terletak di antara Israel dan Mesir dengan wilayah seluas 365 kilometer persegi (141 mil).
Sejak 2007, Israel telah mempertahankan kontrol ketat atas wilayah udara dan perairan Gaza, serta membatasi pergerakan barang dan orang dari dan ke wilayah tersebut.
Menyusul serangan Hamas, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengancam akan mengubah Gaza menjadi pulau terpencil dan memperingatkan penduduknya untuk segera pergi ke kota lain.
Jalur Gaza terdiri dari lima provinsi, yaitu Gaza Utara, Kota Gaza, Deir el-Balah, Khan Younis, dan Rafah.
Baca: 25 Ribu Ton Bom telah Dijatuhkan Israel ke Gaza
Gaza Utara terbentang sepanjang 10 km (6 mil) dan merupakan satu-satunya penyeberangan ke Israel melalui Beit Hanoon, yang juga dikenal sebagai penyeberangan Erez. Daerah ini merupakan rumah bagi kamp pengungsi Jabalia, yang terbesar di Jalur Gaza.
Kota Gaza adalah distrik terbesar dan terpadat di Jalur Gaza dengan populasi lebih dari 750.000 penduduk. Rimal, Shujaiya, dan Tal al-Hawa adalah beberapa daerah yang paling terkenal di wilayah tersebut. Di jantung lingkungan Rimal itulah, Rumah Sakit Al-Shifa, fasilitas medis terbesar di Jalur Gaza yang belakangan dikepung tentara Israel berada.
Sementara daerah lainnya, Deir el-Balah adalah salah satu produsen pertanian terbesar di Gaza. Di dalam wilayah ini juga terdapat empat kamp pengungsi, yaitu Nuseirat, Al-Bureij, Al-Maghazi, dan Deir el-Balah. Satu-satunya pembangkit listrik yang beroperasi di Gaza terletak di sepanjang perbatasan distrik tersebut.
Sedangkan Khan Younis merupakan kota dengan penduduk sekitar 430.000 orang. Pusat distrik ini adalah kamp pengungsi Khan Younis yang dihuni oleh sekitar 90.000 orang.
Terakhir, Rafah. Kota ini adalah distrik paling selatan di Gaza dengan populasi sekitar 275.000 jiwa. Rafah juga merupakan nama persimpangan ke arah Israel dan Mesir. Nahasnya, kedua negara itu telah menutup sebagian besar perbatasan mereka dan dinilai bertanggung jawab atas semakin memburuknya situasi ekonomi dan kemanusiaan di wilayah tersebut.