Ikhbar.com: Calon Presiden (Capres) Amerika Serikat (AS) dari Partai Republik, Donald Trump, dan Capres dari Partai Demokrat, Kamala Haris tengah memperebutkan suara dari komunitas warga Muslim di Michigan, jelang Pemilihan Umum (Pemilu) yang akan digelar pada 5 November 2024 mendatang.
Michigan merupaka negara bagian yang telah lama tercatat sebagai medan pertarungan penting, khususnya dengan tingginya populasi Arab-Amerika dan Muslim yang memiliki perhatian besar terhadap konflik Israel-Palestina.
Trump dalam kampanyenya di Kota Novi, pinggiran Detroit, Michigan, bertemu dengan sejumlah imam lokal dan mengeklaim dirinya sebagai pilihan terbaik bagi umat Muslim AS. Ia menyatakan bahwa dirinya akan mengakhiri konflik yang memanas di Timur Tengah dan menciptakan perdamaian yang menjadi harapan besar komunitas Muslim.
“Saya baru saja bertemu dengan para imam lokal, mereka hanya menginginkan perdamaian,” ujar Trump dalam kampanyenya, sebagaimana dikutip dari Reuters, Ahad, 27 Oktober 2024.
Baca: Dua Capres AS Ditolak Warga Muslim-Arab di Amerika karena Terbukti Dukung Israel
Meskipun dukungannya terhadap Israel telah dinyatakan secara terbuka, sekaligus pernah memberlakukan larangan imigrasi dari beberapa negara mayoritas Muslim saat menjabat sebagai presiden, sejumlah Muslim Amerika tampaknya mulai memberikan dukungan kepada Trump.
Pasalnya, mereka merasa kecewa dengan sikap Presiden Joe Biden dan Kamala Harris yang dianggap tidak memadai dalam menangani konflik Israel-Palestina.
Imam Islamic Center of Detroit, Belal Alzuhairi bahkan turut bergabung di atas panggung bersama Trump.
“Kami meminta umat Muslim untuk berdiri bersama Presiden Trump karena ia berjanji untuk menciptakan perdamaian,” ujarnya.
Michigan, dengan 8,4 juta pemilih terdaftar dan 15 suara elektoral dari total 270 yang dibutuhkan untuk memenangkan pemilu, merupakan salah satu dari tujuh negara bagian yang diprediksi akan menentukan hasil pemilihan. Negara bagian ini merupakan bagian dari “Blue Wall” atau benteng pertahanan Demokrat yang diharapkan menjadi peluang terbaik bagi Harris untuk memenangkan pemilihan, bersama Pennsylvania dan Wisconsin.
Baca: Patung Kotoran Manusia Dipajang di Seberang Gedung DPR AS
Dalam kesempatan yang berbeda, di Kota Kalamazoo, yang berjarak sekitar 210 kilometer dari Detroit, Harris berkampanye dengan menyoroti sejumlah perbedaan kebijakan antara dirinya dan Trump, terutama terkait hak aborsi, pajak, dan sistem perawatan kesehatan.
Mantan Ibu Negara Michelle Obama, yang turut hadir untuk mendukung Harris, berusaha membangkitkan semangat pendukung Demokrat dengan menekankan pentingnya memilih kandidat yang memiliki integritas dan rekam jejak yang baik.
“Saya harap Anda memaafkan jika saya terdengar sedikit frustrasi. Ada sebagian dari kita yang seakan menutup mata terhadap ketidakmampuan Trump, sementara Kamala diharapkan untuk selalu tampil sempurna,” ujar Michelle Obama.
Ia juga memperingatkan bahwa rencana Trump untuk mencabut Affordable Care Act—yang disahkan di masa kepemimpinan suaminya, Presiden Barack Obama, akan berdampak buruk pada kesehatan perempuan secara keseluruhan.
Dalam pidatonya, Harris sempat dihentikan oleh seorang demonstran yang meneriakkan “Hentikan perang Gaza” merujuk pada konflik di Timur Tengah. Setelah para pendukung Harris meredam suara demonstran tersebut, Harris menjawab, “Perang di Gaza harus diakhiri,” dan melanjutkan pesannya yang menyerukan perubahan serta perlunya mengakhiri politik ketakutan dan perpecahan di AS.
Di Michigan, Harris juga menyempatkan diri untuk bertemu dengan sejumlah penyedia layanan kesehatan perempuan di Portage. Mereka menyampaikan kekhawatiran atas meningkatnya krisis kesehatan reproduksi setelah keputusan Mahkamah Agung AS pada 2022 yang mencabut hak aborsi secara nasional. Beberapa penyedia layanan kesehatan ini bahkan mengaku kewalahan menangani pasien dari luar daerah akibat terbatasnya akses layanan kesehatan reproduksi setelah keputusan tersebut.
Dalam persaingan ketat ini, hasil jajak pendapat menunjukkan bahwa Harris memimpin tipis secara nasional dengan 46% dukungan berbanding 43% untuk Trump, menurut survei Reuters/Ipsos. Namun, di Michigan, Harris hanya unggul 0,5% dari Trump, sebagaimana dilaporkan oleh lembaga agregator opini FiveThirtyEight.
Michigan, yang untuk pertama kalinya memberlakukan pemungutan suara awal secara langsung, telah melaporkan sekitar 1,42 juta pemilih atau 19,5% dari total pemilih terdaftar sudah memberikan suara mereka, sebagian besar melalui surat. Menurut laporan Departemen Negara Bagian Michigan, hanya sekitar 10.900 pemilih yang memilih langsung secara awal.
Dengan dukungan yang terus berubah di antara pemilih Muslim dan kebijakan masing-masing kandidat yang terus dipertimbangkan, suara Muslim Amerika di Michigan bisa menjadi kunci kemenangan dalam pertarungan ketat tersebut.