Ikhbar.com: Kepala Program Perlindungan Anak UNICEF Indonesia, Milen Kidane mengajak para orang tua untuk menjadi teman curahan hati (curhat) bagi anaknya, terutama yang telah menginjak usia remaja. Langkah tersebut penting dilakukan ketika mereka tengah mengalami guncangan mental.
Ajakan tersebut disampaikan Milen dalam acara wicara bertajuk “Unlock Your Best Self: Remaja Bahagia, Dunia Lebih Ceria!” yang diselenggarakan oleh Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (BKKBN) pada Sabtu, 26 Oktober 2024.
Ia menyampaikan, upaya tersebut dilakukan agar anak tidak merasa menjalani hidup sendirian ketika menghadapi masalah. Dengan keterbukaan orang tua sebagai pendengar, Milen menilai bahwa hal itu akan membuat remaja mempunyai teman untuk meringankan beban mereka.
Baca: Gaya Hidup Hedon Picu Gangguan Mental
“Saya pikir ada dua hal yang bisa kita lakukan dengan sangat mudah, yang pertama adalah untuk menghilangkan stigma, kita tidak boleh memiliki anak-anak yang merasa, ‘oh saya memiliki masalah tetapi saya akan menyimpannya untuk diri sendiri.’ Kita harus membuat mereka merasa nyaman untuk bercerita,” katanya dikutip dari Antara.
Menurutnya, masalah gangguan mental akan menjadi benalu bagi bangsa yang menargetkan misi Indonesia Emas pada 2045. Jika tidak segera diatasi, para remaja terancam tidak hanya terganggu menyalnya saja, tetapi bisa berpengaruh kepada fisik mereka.
“Ketika kita merasa sedang tidak baik tetapi tidak membicarakannya, maka masalah yang kita alami mungkin tidak akan bisa teratasi dan akan membuat diri kita semakin tidak baik. Itu akan menyakiti bukan hanya mental, melainkan juga berpengaruh terhadap fisik,” ujar dia.
Ia juga mengemukakan hal kedua yang perlu menjadi perhatian selain menghilangkan stigma, yakni memastikan orang-orang di sekitarnya memiliki ketahanan mental. Hal itu diterapkan guna menjaga para remaja tetap memiliki mental yang sehat.
“Saya pikir penting bukan hanya untuk menghilangkan stigma, melainkan juga memiliki orang lain untuk menjaga atau dapat diandalkan, seperti orang tua, saudara, guru di sekolah, dan teman sebaya yang mendukung anak-anak kita,” ucapnya.
Lebih lanjut, ia juga menekankan pentingnya menjaga mental yang sehat dimulai dari diri sendiri sebelum mulai memperhatikan mental orang lain.
“Selain itu, kita juga harus memastikan bahwa kita bisa menjaga kesehatan mental diri sendiri, karena jika diri sendiri saja belum mampu menjaganya, kita tidak bisa diharapkan untuk menjaga orang lain,” tuturnya.
Berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO, kata dia, tercatat ada lebih dari 700 ribu orang meninggal akibat bunuh diri setiap tahun. Sedangkan di Indonesia, berdasarkan data dari Kepolisian Republik Indonesia (Polri) menunjukkan, angka kematian akibat bunuh diri pada tahun 2023 meningkat menjadi 1.350 kasus, dari 826 kasus pada tahun sebelumnya.
“Di sisi lain, Riset kesehatan dasar (Riskesdas) pad 2018 menunjukkan lebih dari 19 juta penduduk berusia lebih dari 15 tahun di Indonesia mengalami gangguan mental emosional,” tandasnya.