Ikhbar.com: Penelitian terbaru terhadap data misi Apollo mengungkap bahwa, moonquake atau gempa bulan terjadi jauh lebih sering dari yang diperkirakan sebelumnya.
Seismolog planet dari Universitas Tokyo, Keisuke Onodera, menemukan sekitar 22.000 moonquake tambahan, sehingga total jumlah yang tercatat kini mencapai 35.000.
“Hal yang paling mengejutkan adalah saya mendeteksi 22.000 peristiwa. Jumlah peristiwa yang jauh lebih besar daripada kumpulan data asli,” kata Onodera, dikutip dari ScienceNews, pada Rabu, 20 November 2024.
Temuan yang dipublikasikan dalam jurnal JGR: Planets ini memberikan wawasan penting tentang struktur internal bulan.
Data yang dianalisis berasal dari seismometer yang dipasang pada misi Apollo antara 1969 hingga 1977. Sebelumnya, data ini hanya mencatat 13.000 kejadian seismik.
Baca: Maulid Nabi dari Kacamata Astronomi
Namun, banyak sinyal dari seismometer periode pendek tidak dianalisis karena kontaminasi gelombang lain.
Dengan teknologi baru, Onodera mampu memetakan kembali gelombang tersebut dan mengidentifikasi ribuan moonquake yang sebelumnya terlewatkan.
Sebagian besar moonquake yang ditemukan bersumber dari perubahan suhu ekstrem dan dampak meteoroid, termasuk eksperimen NASA yang menjatuhkan modul roket di bulan.
Namun, ada pula gempa yang berasal dari kedalaman beberapa kilometer di kerak bulan, terutama di belahan utara dekat lokasi Apollo 15, dibandingkan dengan wilayah Apollo 14 dan 16 di selatan.
Penemuan ini memiliki implikasi besar bagi eksplorasi manusia di masa depan.
Data seismik membantu memahami frekuensi gempa dan sifat tanah bulan, yang penting untuk menentukan lokasi dan material, yang dapat digunakan untuk membangun infrastruktur di bulan.
Baca: Dari Al-Farghani hingga Al-Biruni, Para Ilmuwan Muslim Peletak Dasar Astronomi Dunia
Aktivitas seismik juga menjadi faktor kunci dalam merancang struktur yang tahan terhadap kondisi ekstrem.
Di tengah meningkatnya perhatian pada eksplorasi bulan, berbagai misi seismologi baru direncanakan.
NASA dan mitra komersial akan mengirim seismometer ke sisi jauh bulan pada 2025, sementara misi Chang’e 7 dari China akan meluncurkan seismometer di kutub selatan pada 2026.