Ikhbar.com: Tidak kurang dari 100 pria Palestina yang ditawan pasukan Israel ditelanjangi dengan mata tertutup dan dipaksa berlutut di jalanan utara Kota Gaza.
Dalam tayangan video yang viral di media sosial pada Kamis, 7 Desember 2023 itu, para tawanan terlihat menunduk di tengah penjagaan pasukan Israel yang superketat. Video yang menuai kecaman banyak pihak itu pun sudah dikonfirmasi dan diakui kebenarannya oleh pihak Israel.
“Ada yang bilang salah satunya adalah seorang pelajar, yang satu mengelola toko lokal, dan satu lagi tidak ada hubungannya dengan tudingan ‘terorisme’ karena dia tinggal di sebuah blok apartemen,” lapor wartawan Al Jazeera, Alan Fisher, dikutip pada Sabtu, 9 Desember 2023.
“Sejumlah orang juga mengidentifikasi adanya seorang jurnalis lokal terkenal di antara mereka yang ditangkap,” tambahnya.
Baca: Korban Tewas di Gaza sudah Tembus 16 Ribu Jiwa, PBB Bisa Apa?

Bak tawanan Perang Dunia II
Direktur organisasi hak asasi manusia (HAM) Al-Haq, Shawan Jabarin mengaku terkejut saat melihat video itu dan mengingatkannya pada perlakuan terhadap tahanan dan tawanan perang selama Perang Dunia II.
“Ini tidak manusiawi. Ini merupakan penyiksaan yang keterlaluan. Ini adalah kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan,” kata Jabarin.
Laporan Pemantau HAM Euro-Mediterania menyebutkan, orang-orang itu ditangkap secara sewenang-wenang di Jalur Gaza utara setelah pasukan Israel mengepung dua tempat perlindungan di Kota Beit Lahiya selama berhari-hari.
Mereka diambil dari sekolah Khalifa bin Zayed dan New Aleppo, yang keduanya terhubung dengan Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina di Timur Dekat (UNRWA).
Presiden kelompok keterlibatan sipil United Voices for America, Ahmed Bedier menilai video yang beredar itu tampak mengerikan.
“Ini adalah cara untuk mempermalukan. Ini adalah perang psikologis yang dirancang untuk menghancurkan rakyat Palestina dan memberi tahu mereka bahwa tidak ada tempat yang aman, termasuk setelah berada di daerah yang disebut layak sebagai tempat berlindung,” katanya.
Setelah diselidiki lebih jauh, wartawan yang turut ditawan itu merupakan seorang jurnalis dari portal berita Al-Araby Al-Jadeed, juga dikenal sebagai The New Arab bernama Diaa Al-Kahlout.
The New Arab mengatakan, Diaa dan saudara laki-lakinya tiba-tiha ditangkap dan ditelanjangi lalu dibawa ke sebuah tempat yang tidak diketahui.
“Komunitas internasional, pembela dan pengawas hak asasi jurnalis, serta badan-badan HAM harus mengecam perbuatan militer Israel tersebut,” rilis pernyataan The New Arab.
Di sisi lain, seorang anggota Hamas, Izzat Al-Risheq menceritakan bahwa para tawanan itu diculik dan digelandang tanpa mempertimbangkan apakah mereka benar-benar terlibat dalam perang maupun tidak.
“Ini adalah kejahatan terang-terangan zionis yang hanya berani membalas dendam terhadap warga sipil kami,” katanya.
Baca: Al-Mawasi, Kurang dari Separuh Luas Bandara Soetta untuk Tampung 1,8 Juta Pengungsi Gaza
Pengakuan Israel
Sementara itu, Juru Bicara Militer Israel, Daniel Hagari menegaskan tidak akan peduli dengan kritik yang telah dilontarkan banyak komunitas internasional kepadanya.
Hagari menuding, para tahanan tersebut merupakan anggota Hamas yang harus bertanggung jawab atas penyerangannya terhadap tentara Israel.
“Selama pertempuran ini, mereka yang tinggal di daerah tersebut, keluar dari terowongan dan beberapa keluar dari rumah. Kami menyelidiki dan memeriksa siapa yang terkait dengan Hamas dan siapa yang tidak, kami menahan dan menginterogasi mereka semua,” katanya.
Menurutnya, Israel telah menahan dan menginterogasi ratusan warga Palestina di Jalur Gaza dan Tepi Barat sejak serangan Hamas pada 7 Oktober lalu ke Israel selatan.
Setelah itu, Israel berdalih melancarkan serangan udara dan darat tanpa henti hingga menewaskan 17.100 warga Palestina. Sedangkan dari pihak Israel, jumlah korban tewas mencapai sekitar 1.150 orang.