Ikhbar.com: Militer Israel mengarahkan warga Palestina yang berada di Gaza untuk segera mengungsi ke Kota Al-Mawasi. Kota yang berada di jalur sebelah selatan itu mereka sebut sebagai daerah yang aman dan layak untuk para pengungsi.
Perintah itu muncul berbarengan di saat Israel meningkatkan pengeboman di sekitar Kota Khan Younis. Rezim zionis mengeklaim kota itu kini telah menjadi markas baru para militan Hamas.
Mampukah Al-Mawasi menampung sebanyak lebih dari 1,8 juta warga Palestina? Benarkah wilayah itu layak disebut sebagai zona aman bagi pengungsi?
Baca: #JulidFiSabilillah, Bolehkah ‘Nyinyir’ Disetarakan dengan Jihad?
Luas Al-Mawasi
Al-Mawasi adalah sebuah kota pesisir yang berada di sebelah selatan Jalur Gaza. Kota ini terbilang kecil dan sempit. Lebarnya hanya sekitar 1 km dengan panjang 14 km. Kota itu telah ditempati pemukim Israel dan statusnya sudah dipisahkan dari Gaza oleh mantan Perdana Menteri Israel, Ariel Sharon pada 2005 silam.
Israel telah mendeklarasikan gurun pasir terpencil seluas 6,5 km persegi di dalam kota tersebut sebagai wilayah kemanusiaan. Di daerah itu, pengungsi dijanjikan akan mendapatkan perlindungan dari otoritas Israel.
Jika dihitung secara lebih saksama, maka tempat pengungsian itu memiliki luas kurang dari separuh Bandara Internasional Soekarno-Hatta (Soetta), Cengkareng. Padahal, dengan luas 18 km persegi, Bandara Soetta telah dilewati sebanyak 39,60 juta orang pada 2022 dengan rata-rata 150.000 penumpang per harinya.
Dengan kata lain, tingkat kepadatan di Al-Mawasi akan meningkat lebih dari 20 kali lipat ketimbang aktivitas hilir-mudik penumpang di Bandara Soetta.
Baca: Nasib Sial Tentara Israel, Diserang Wabah hingga Gangguan Jiwa
Seberapa aman?
Meningkatnya aktivitas pengeboman Israel ke Gaza setelah rampungnya gencatan senjata kian menipiskan pilihan zona aman bagi warga Palestina. Israel yang dulunya juga menyebut Kota Khan Younis sebagai wilayah aman, justru belakangan mereka bombardir dengan dalih telah disusupi kelompok Hamas.
Meskipun Israel berulang kali mengeklaim adanya wilayah yang bisa dijadikan zona aman bagi warga sipil Palestina, tetapi penduduk Gaza tidak memercayainya. Apalagi para ahli dan pengamat telah mengungkapkan bahwa ruang yang disediakan untuk tempat evakuasi terlalu sempit atau tidak mampu menampung banyak pengungsi.
Pakar hukum yang berbasis di Ramallah, Bushra Khalidi mengatakan, Gaza sudah kelebihan penduduk.
“Dan sekarang zonanya akan dipersempit, bahkan tidak sampai separuh luas bandara,” katanya, dikutip dari Al Jazeera, pada Rabu, 6 Desember 2023.
Khalidi menambahkan, wabah kolera pun telah menyebar dengan cepat karena tidak tersedianya sanitasi yang baik, termasuk kekurangan air bersih.
Khalidi bukanlah orang pertama yang mengkritik deklarasi Al-Mawasi sebagai zona aman. Sebelumnya, Ketua Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus menyebut proposal yang diajukan Israel pada 17 November 2023 sangat tidak masuk akal.
“Mereka mencoba untuk menjejalkan begitu banyak orang ke dalam wilayah kecil dengan infrastruktur atau layanan yang terbatas. Hal itu akan secara signifikan meningkatkan risiko terhadap kesehatan bagi orang-orang yang sudah berada di ambang bahaya,” katanya.
Dia menambahkan, WHO tidak akan berpartisipasi dalam pembentukan Al-Mawasi sebagai zona aman. Pihaknya menuntut agar deklarasi itu dibangun melalui kesepakatan banyak pihak.
“Karena tanpa kesepakatan yang luas. Kecuali jika ada jaminan bahwa kebutuhan dasar pengungsi akan terpenuhi. Harus ada mekanisme untuk mengawasi pelaksanaannya,” kata dia.
Apalagi, hingga saat ini, Al-Mawasi yang digadang-gadang zona aman itu belum ada satu pun fasilitas atau tempat yang baik untuk berlindung, seperti tenda lembaga kemanusiaan maupun dapur makanan. Terlebih lagi, fasilitas sanitasi dan kesehatan.