Ikhbar.com: “Dari seribu orang politisi, dua ribunya bahkan pengin populer,” ujar Wakil Ketua DPRD Kabupaten Cirebon, Teguh Rusiana Merdeka, sambil tersenyum getir. Kalimat itu mencerminkan kritik tajamnya terhadap fenomena politik pencitraan yang dinilainya kian kehilangan makna.
Teguh menilai zaman telah berubah. Masyarakat kini lebih cerdas, dan pencitraan tanpa kinerja tidak lagi mendapat tempat.
“Kalau enggak ada aksi nyata, masyarakat juga jenuh,” katanya dalam Program Sinikhbar | Siniar Ikhbar di Ikhbar TV, dikutip pada Selasa, 7 Oktober 2025.

Baca: 3 Tips Politik Anak Muda ala Teguh Rusiana Merdeka
Ia mencontohkan banyak pejabat yang sibuk membuat konten, tetapi tidak hadir di lapangan ketika rakyat membutuhkan.
Menurutnya, politik seharusnya tidak terjebak pada keinginan untuk terkenal.
“Politisi itu orangnya, politik itu caranya,” ujarnya.
Ketua DPD Partai Golkar Kabupaten Cirebon itu meyakini, pemimpin yang baik justru memberi ruang bagi orang lain untuk berkembang.
“Kalau pemimpinnya terus muncul, yang lain akan sungkan,” lanjutnya.
Baca: Politik Keseimbangan Spiritual-Rasional
Karena itu, ia memilih tidak selalu tampil di depan kamera.
“Saya lebih suka turun langsung. Kadang orang enggak tahu saya dewan, biar ngobrol-nya lebih jujur,” katanya.
Ia percaya, politik yang otentik tidak memerlukan sorotan. Cukup dengan hasil dan kepercayaan publik.
Di tengah dunia yang semakin haus perhatian, Teguh menegaskan pentingnya menjaga ruang pribadi dan keseimbangan hidup.
Baca: Teguh Golkar: Konektivitas Kunci Kesejahteraan Masyarakat
“Politisi juga manusia. Butuh tidur, butuh ruang sendiri,” ucapnya.
Baginya, politik semestinya menjadi sarana pengabdian, bukan panggung pertunjukan. Ketika masyarakat menilai dari hasil, bukan citra, saat itulah senjakala politik pencitraan benar-benar tiba.