Ikhbar.com: Kementerian Agama (Kemenag) akan menggelar Sidang Isbat untuk menetapkan awal Ramadan 1446 Hijriah pada Jumat, 28 Februari 2025. Sidang ini menjadi momentum penting dalam menentukan kapan umat Islam di Indonesia memulai ibadah puasa.
Menteri Agama (Menag) Prof. KH Nasaruddin Umar dijadwalkan memimpin sidang yang berlangsung di Auditorium H.M. Rasjidi, Kemenag, Jakarta Pusat.
Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam, Abu Rokhmad mengungkapkan bahwa Sidang Isbat akan dihadiri berbagai pihak terkait, termasuk Majelis Ulama Indonesia (MUI), Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), ahli falak, serta perwakilan dari DPR dan Mahkamah Agung.
“Seperti tahun-tahun sebelumnya, sidang ini menjadi forum musyawarah yang melibatkan berbagai elemen untuk memastikan penetapan awal Ramadan berjalan sesuai kaidah yang berlaku,” ujar Abu Rokhmad pada Senin, 10 Februari 2025.
Baca: 5 Ide Bisnis Laris Manis di Bulan Ramadan
Sidang Isbat akan berlangsung dalam tiga tahap. Pertama, pemaparan data posisi hilal berdasarkan perhitungan astronomi yang dilakukan oleh BMKG dan ahli falak. Kedua, verifikasi hasil rukyatul hilal yang dilakukan di berbagai titik pengamatan di seluruh Indonesia.
“Tahap terakhir adalah musyawarah dan pengambilan keputusan yang akan diumumkan secara resmi kepada masyarakat,” jelas Abu Rokhmad.
Ia mengimbau masyarakat untuk menunggu hasil resmi sidang Isbat yang akan menjadi acuan dalam menetapkan awal Ramadan. Hal ini sejalan dengan Fatwa MUI No. 2 Tahun 2004 yang mengatur tentang penetapan awal Ramadan, Syawal, dan Zulhijjah.
“Kami berharap seluruh umat Islam di Indonesia dapat mengawali Ramadan secara serentak demi menjaga persatuan dan kebersamaan,” tambahnya.
Sementara itu, Direktur Urusan Agama Islam dan Bina Syariah Kemenag, Arsad Hidayat menjelaskan bahwa berdasarkan perhitungan hisab, ijtimak atau konjungsi terjadi pada Jumat, 28 Februari 2025, sekitar pukul 07.44 WIB. Pada hari yang sama, ketinggian hilal di seluruh Indonesia diperkirakan sudah di atas ufuk, berkisar antara 3° 5,91’ hingga 4° 40,96’, dengan sudut elongasi antara 4° 47,03’ hingga 6° 24,14’.
“Secara astronomis, ada indikasi bahwa hilal akan terlihat. Namun, hasil pemantauan rukyatul hilal di berbagai lokasi akan menjadi faktor utama dalam keputusan akhir,” kata Arsad.
Untuk memastikan akurasi, Kemenag bekerja sama dengan Kantor Wilayah Kemenag di berbagai daerah dalam melakukan pemantauan hilal di sejumlah titik. Hasil perhitungan hisab dan rukyat akan dipaparkan dalam sidang yang dipimpin langsung Menag sebelum diumumkan kepada masyarakat.
Dengan prosedur yang ketat dan melibatkan banyak pihak, diharapkan hasil Sidang Isbat dapat memberikan kepastian bagi seluruh umat Islam di Indonesia dalam memulai ibadah puasa Ramadan 1446 H secara serentak dan penuh kekhidmatan.