Ikhbar.com: Para pemimpin dunia dan eksekutif teknologi berkumpul di Paris untuk membahas adopsi kecerdasan buatan (AI) yang aman, di tengah perdebatan mengenai regulasi yang dianggap dapat menghambat inovasi.
Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, membatalkan kebijakan AI pendahulunya dalam upaya meningkatkan daya saing negaranya, dan mendorong Uni Eropa agar menerapkan pendekatan yang lebih longgar terhadap regulasi AI.
CEO OpenAI, Sam Altman, menekankan bahwa inovasi membutuhkan kebebasan bagi para pengembang untuk berkreasi.
Baca: Perusahaan Cina bakal Utus Robot AI ke Bulan
“Jika kita menginginkan pertumbuhan, lapangan kerja, dan kemajuan, kita harus mengizinkan para inovator untuk berinovasi, para pembangun untuk membangun, dan para pengembang untuk mengembangkan,” ungkap Altman, dikutip dari Reuters, pada Senin, 10 Februari 2025.
Sementara itu, Presiden Prancis, Emmanuel Macron, berharap regulasi AI baru Uni Eropa tetap fleksibel agar dapat mendukung pertumbuhan startup lokal.
Tidak mengirimkan staf Institut Keamanan AI AS ke Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ini, Trump menunjukkan adanya perbedaan strategi dalam pengaturan AI antara AS, China, dan Uni Eropa.
Di sisi lain, China terus menantang dominasi AI AS dan Inggris dengan meluncurkan sistem penalaran berbasis AI yang meniru cara berpikir manusia.
Baca: Samsung: AI Genjot Produktivitas, Bukan Singkirkan Manusia dari Pekerjaan
KTT ini dihadiri oleh Wakil Presiden AS JD Vance, Wakil Perdana Menteri China Zhang Guoqing, serta Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau. Diskusi juga mencakup isu kebutuhan energi yang besar untuk AI dan penerapannya di negara berkembang.
Di sela pertemuan, Prancis mencapai kesepakatan dengan Uni Emirat Arab untuk pembangunan pusat data AI berskala besar, dengan nilai investasi yang diperkirakan mencapai Rp784 triliun.