Perebutan Suara Muslim di Pilpres AS kian Sengit

Kamala Harris (Kiri) di Milwaukee, Wisconsin, AS, 20 Agustus 2024 dan Donald Trump (Kanan) di Bedminster, New Jersey, AS, 15 Agustus 2024 terlihat dalam kombinasi foto. REUTERS/Marco Bello Kamala Harris (Kiri) di Milwaukee, Wisconsin, AS, 20 Agustus 2024 dan Donald Trump (Kanan) di Bedminster, New Jersey, AS, 15 Agustus 2024 terlihat dalam kombinasi foto. REUTERS/Marco Bello

Ikhbar.com: Kandidat dari Partai Demokrat, Kamala Harris melakukan kampanye terakhirnya di Pemilihan Presiden (Pilpres) Amerika Serikat (AS) kepada komunitas Muslim Arab di negara bagian kunci Michigan. Sementara sang pesaing dari Partai Republik, Donald Trump, melakukan hal serupa, termasuk dalam sebuah rapat umum di Pennsylvania.

Jajak pendapat menunjukkan keduanya bersaing ketat. Harris diprediksi bakal mendapatkan banyak suara dari pemilih perempuan, sementara Trump meraih dukungan di kalangan pemilih Latin atau Hispanik, terutama pria.

Baca: Update Pilpres AS: Mengapa Muslim Amerika Lebih Condong Memilih Trump?

Berdasarkan polling yang digelar Reuters/Ipsos menunjukkan, hampir seluruh pemegang suara AS menilai kedua kandidat tidak menguntungkan. Tetapi hal itu tidak menghalangi mereka untuk memberikan suara.

Lebih dari 78 juta warga Amerika telah memberikan suara lebih awal sebelum hari pencoblosan yang akan digelar pada Selasa, 5 November 2024, besok.

Kuota anggota Kongres juga diperebutkan pada hari yang sama, dengan Partai Republik yang diunggulkan untuk memenangkan mayoritas di Senat, sementara Demokrat diprediksi memiliki peluang seimbang untuk merebut mayoritas tipis di Dewan Perwakilan Rakyat.

“Dalam dua hari kita memiliki kekuatan untuk menentukan nasib bangsa untuk generasi mendatang,” kata Harris kepada jemaat di Greater Emmanuel Institutional Church of God in Christ di Detroit, sebagaimana dikutip dari Reuters, Senin, 4 November 2024.

“Kita harus bertindak. Berdoa dan bicara saja tidak cukup,” sambung dia.

Dalam kesempatannya menghadiri rapat umum di East Lansing, Michigan, Harris juga menyapa komunitas Arab Amerika yang berjumlah sekitar 200.000 orang dan membuka pidatonya dengan menyebutkan para korban sipil dalam perang Israel di Gaza dan Lebanon.

“Tahun ini sangat sulit, mengingat skala kematian dan kehancuran di Gaza dan korban sipil serta pengungsian di Lebanon, hal itu sangat menyedihkan. Dan sebagai presiden, saya akan melakukan segalanya untuk mengakhiri perang di Gaza,” kata Harris yang disambut tepuk tangan.

Banyak warga Arab dan Muslim Amerika serta kelompok aktivis anti-perang mengecam dukungan AS untuk Israel di tengah puluhan ribu kematian warga sipil di Gaza dan Lebanon, serta pengungsian jutaan orang.

Oleh sebab itu, Trump saat berkampanye di Dearborn, Michigan, pusat komunitas Arab Amerika, berjanji akan mengakhiri konflik di Timur Tengah, tetapi tanpa menjelaskan bagaimana caranya.

Baca: Mampukah Pemilih Muslim di Pilpres Amerika Pengaruhi Nasib Warga Gaza?

Dukungan bagi Donald Trump di kalangan pemilih Arab-Amerika, khususnya di Michigan, pun mengalami peningkatan. Rasa frustrasi terhadap Partai Demokrat, terutama terkait dukungan tak bersyarat terhadap Israel dalam konflik Gaza dan Lebanon, menjadi alasan utama peralihan dukungan ini.

Aktivis Yaman-Amerika, Samraa Luqman, bahkan menyebut bahwa jika Kamala Harris kalah, komunitas Arab-Amerika akan menjadi faktor yang memengaruhi kekalahan tersebut.

“Bahkan jika Trump melanjutkan genosida ini dengan peluang 99 persen, saya akan mengambil peluang 1 persen bahwa dia akan menghentikannya, dibandingkan dengan peluang 100 persen bahwa hal itu akan berlanjut di bawah pemerintahan Harris,” kata dia.

Trump, yang selama ini memiliki sejarah retorika anti-Muslim dan anti-imigran, kini mengupayakan pendekatan baru untuk mendekati komunitas tersebut.

Ikuti dan baca artikel kami lainnya di Google News.