Ikhbar.com: Dukungan bagi Donald Trump di kalangan pemilih Arab-Amerika, khususnya di Michigan, mengalami peningkatan menjelang pemilihan presiden Amerika Serikat (AS).
Rasa frustrasi terhadap Partai Demokrat, partai asal pesaing Trump, Kamala Harris, terutama terkait dukungan tak bersyarat terhadap Israel dalam konflik Gaza dan Lebanon, menjadi alasan utama peralihan dukungan ini.
Baca: Dua Capres AS Ditolak Warga Muslim-Arab di Amerika karena Terbukti Dukung Israel
Aktivis Yaman-Amerika, Samraa Luqman, bahkan menyebut bahwa jika Kamala Harris kalah, komunitas Arab-Amerika akan menjadi faktor yang memengaruhi kekalahan tersebut.
“Bahkan jika Trump melanjutkan genosida ini dengan peluang 99 persen, saya akan mengambil peluang 1 persen bahwa dia akan menghentikannya, dibandingkan dengan peluang 100 persen bahwa hal itu akan berlanjut di bawah pemerintahan Harris,” kata Luqman, dikutip dari Al Jazeera, pada Ahad, 3 November 2024.
Trump, yang selama ini memiliki sejarah retorika anti-Muslim dan anti-imigran, kini mengupayakan pendekatan baru untuk mendekati komunitas ini.
Dalam kunjungannya ke Dearborn, Michigan, pusat komunitas Arab-Amerika, ia berjanji untuk membawa perdamaian ke Timur Tengah, meski belum menjelaskan secara rinci bagaimana rencana itu akan terwujud.
Baca: Mampukah Pemilih Muslim di Pilpres Amerika Pengaruhi Nasib Warga Gaza?
Kunjungan ini dilihat sebagai upaya Trump untuk merangkul suara-suara yang merasa tak terwakili oleh Partai Demokrat.
Pendukung Trump di komunitas ini percaya bahwa suara mereka dapat berperan besar dalam perubahan kebijakan, terutama dalam hal Timur Tengah.
Meski demikian, beberapa pengamat memperingatkan agar tidak melupakan sejarah Trump yang penuh kontroversi dalam kebijakan luar negeri dan pandangan terhadap Muslim.
Namun, dukungan ini dianggap sebagai strategi politik untuk mengamankan kepentingan komunitas Arab-Amerika di tengah kekecewaan terhadap kepemimpinan Biden-Harris.
Di sisi lain, pendukung Harris khawatir kehilangan dukungan komunitas Arab-Amerika justru dapat memperburuk kondisi ketidakadilan yang dialami komunitas tersebut.
Sejumlah pemilih, yang kecewa pada kedua kandidat, masih merasa harapan mereka belum sepenuhnya terjawab.
Sikap pemilih Arab-Amerika di Michigan diyakini akan memainkan peran penting dalam pemilu mendatang, dan dukungan mereka menciptakan dinamika politik yang cukup kompleks.