Prediksi Ramadan 2025 versi Muhammadiyah, NU, dan Pemerintah

Ilustrasi pemantauan hilal. Foto: Kemenag

Ikhbar.com: Ramadan merupakan salah satu bulan yang sangat dinantikan umat Muslim di seluruh dunia. Pasalnya, di bulan puasa ini, mereka percaya bahwa pahala ibadah akan berlipatganda.

Di Indonesia, penetapan bulan Ramadan ditentukan pemerintah melalui Kementerian Agama (Kemenag). Meski demikian, kerap kali penentuan awal bulan puasa berbeda oleh para pengikut organisasi masyarakat (ormas) tertentu, termasuk Muhammadiyah.

Ijtimak terjadi pada Jumat, 28 Februari 2025 pukul 00:44:44 GMT. Awal imkan rukyat dunia pada Jumat, 8 Februari 2025, pukul 14:42:47 GMT. Kondisi lintang 20° 00′ 00″ LU, bujur 50° 35′ 30″ BT, dan tinggi bulan 07° 02′ 18″. Posisi bulan mencapai elongasi 08° 00′ 00″.

Baca: Hoaks dan Salah Kaprah dalam Tren ‘Vibes Ramadan 2010’

Tahun ini, puasa Ramadan diprediksi berlangsung selama 29 hari. Sehingga akhir Ramadan bertepatan pada Sabtu, 29 Maret 2025. Sementara untuk Hari Raya Idulfitri 2025 atau 1 Syawal 1446 H, diprediksi jatuh pada Ahad, 30 Maret 2025.

Untuk sementara ini, Muhammadiyah menentukan awal bulan Ramadan 1446 H jatuh pada Sabtu, 1 Maret 2025. Hal itu jika mengacu terhadap kalender Hijriah Global Tunggal yang diterbitkan Suara Muhammadiyah.

Muhammadiyah menggunakan metode hisab hakiki wujudul hilal yang mengacu pada perhitungan astronomi. Untuk itu, kemungkinan besar puasa Ramadan versi Muhammadiyah berlangsung selama 29 hari. Sementara 1 Syawal 1446 H atau Hari Raya Idulfitri jatuh pada Ahad, 30 Maret 2025.

Di sisi lain, Nahdlatul Ulama (NU) cenderung berbeda dengan metode yang Muhammadiyah terapkan, ormas yang kini dipimpin KH Yahya Cholil Staquf itu sepakat menggunakan sistem rukyatul hilal.

Metode yang diterapkan NU itu berdasarkan pada penglihatan atau pengamatan bulan secara langsung. Mengingat penanggalan Hijriah mengacu pada siklus bulan, maka bulan baru ditentukan melalui kemunculan bulan sabit muda yang sangat tipis di langit.

Oleh karena itu, Ramadan 2025 versi NU belum bisa diketahui atau ditentukan karena pengamatan bulan baru akan dilakukan pada hari terakhir bulan Syakban setelah matahari terbenam.

Sedangkan pemerintah melalui Kemenag mendukung Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) No.2 tahun 2004. Di dalamnya menyatakan bahwa penetapan awal Ramadan maupun Syawal dapat menggunakan metode rukyah dan hisab hingga berlaku secara nasional.

Dengan demikian, pemerintah juga belum menentukan awal Ramadan 2025. Kemenag biasanya baru akan menetapkan 1 Ramadan 1446 H melalui sidang isbat.

Ikuti dan baca artikel kami lainnya di Google News.