Ikhbar.com: Pendidikan tinggi di Amerika Serikat (AS) kini menghadapi krisis serius. Sejak puncak angka pendaftaran tertinggi pada 2010, jumlahnya terus menurun, dari 18,1 juta menjadi 15,4 juta pada 2021, sebelum sedikit naik menjadi 15,9 juta pada akhir 2024.
Penurunan ini diperparah oleh pandemi COVID-19, melonjaknya biaya kuliah, serta kebijakan politik yang membatasi kebebasan akademik.
Universitas-universitas seperti Sonoma State University kini terancam bangkrut, dengan defisit anggaran sebesar Rp384 miliar.
Meskipun pengadilan menunda pemangkasan anggaran, kampus tersebut tetap berencana menghapus 22 program studi, enam departemen, dan lebih dari 100 posisi dosen, termasuk di bidang sejarah seni, ekonomi, geologi, filsafat, teater/tari, serta studi perempuan dan gender.
“Pendidikan tinggi Amerika tak hanya sedang memandang jurang, melainkan sudah masuk ke dalamnya,” kata pengajar di American University Washington, DC, Donald Earl Collins, dikutip dari Al Jazeera, pada Senin, 28 April 2025.
West Virginia University bahkan lebih drastis. Pada 2023, setelah gagal menaikkan pendaftaran, universitas ini memangkas 28 program studi dan 143 posisi dosen akibat defisit Rp720 miliar. Sebagian besar program yang dihapus adalah bidang seni liberal dan sains sosial.
Baca: 1.000 Lebih Mahasiswa Asing di Amerika Dideportasi karena Bela Palestina
Sejak 2016, 76 kampus telah tutup atau bergabung dengan institusi lain akibat krisis keuangan dan menurunnya jumlah mahasiswa.
Laporan Federal Reserve Bank of Philadelphia memproyeksikan sekitar 80 perguruan tinggi lagi akan tutup permanen pada 2026, seiring anjloknya angka kelahiran dan efek jangka panjang dari Resesi Besar 2008.
Selain itu, kebijakan keras Presiden Donald Trump terhadap mahasiswa asing semakin memperparah situasi. Sekitar 1,1 juta mahasiswa internasional tercatat belajar di AS pada 2023-24.
Namun, gelombang deportasi terhadap mahasiswa pro-Palestina, dan ketegangan perdagangan dengan Tiongkok diperkirakan akan membuat jumlah ini anjlok, padahal mahasiswa asing menjadi sumber utama pertumbuhan bagi banyak universitas.
Baca: Trump Bekukan Dana Kampus Triliunan Rupiah Gara-gara Terlibat Aksi Pro-Palestina
Pengelolaan kampus yang semakin berorientasi bisnis, pemangkasan dosen tetap, dan tekanan politik terhadap studi liberal arts mempercepat keruntuhan ini.
Bahkan universitas bergengsi pun dinilai tak berdaya menghadapi arus konservatisme yang kian kuat.
Jika privatisasi program pinjaman mahasiswa federal benar-benar terjadi di bawah pemerintahan Trump, dunia pendidikan tinggi AS akan semakin terpuruk.