Ikhbar.com: Ketegangan antara Iran dan Amerika Serikat (AS) di kawasan Timur Tengah mulai berdampak langsung pada perjalanan jemaah umrah asal Indonesia.
Serangan balasan Iran ke Pangkalan Militer AS di Al Udeid, Qatar, pada Selasa, 24 Juni 2025 memicu gangguan terhadap lalu lintas penerbangan di wilayah tersebut. Akibatnya, sejumlah maskapai penerbangan yang melayani rute Timur Tengah mulai membatalkan atau menjadwal ulang penerbangan mereka, termasuk yang membawa jemaah Indonesia.
Ketua Umum Himpunan Penyelenggara Umrah dan Haji (HIMPUH), Muhammad Firman Taufik menyatakan bahwa serangan rudal Iran telah memperparah ketidakstabilan rute penerbangan ke dan dari Timur Tengah. Hal ini secara langsung berimbas pada calon jemaah umrah yang akan bertolak ke Arab Saudi dalam waktu dekat.
“Situasi ini sangat dinamis. Ada kemungkinan pembatalan atau penundaan keberangkatan bisa terjadi sewaktu-waktu karena meningkatnya tensi konflik Iran dan AS, juga dengan Israel,” kata Firman dalam keterangannya.
Baca: Iran Ancam Tutup Selat Hormuz, Harga Minyak Melonjak
Ia memperingatkan bahwa kemungkinan terburuk yang bisa terjadi adalah penutupan wilayah udara Arab Saudi, baik untuk sementara waktu maupun dalam jangka panjang. Jika hal itu terjadi, agenda keberangkatan jemaah tentu akan terganggu signifikan.
Menurutnya, gangguan seperti ini tergolong sebagai force majeure atau keadaan di luar kendali. Oleh sebab itu, penyelenggara dan jemaah perlu menyiapkan skenario antisipatif.
“Jemaah perlu mendapatkan pemahaman menyeluruh tentang skema penjadwalan ulang, kemungkinan pembatalan, risiko biaya tambahan, dan bagaimana prosesnya berjalan. Semua harus disepakati secara musyawarah dan transparan,” ujarnya.
Firman membandingkan situasi ini dengan peristiwa tahun 2020, ketika Arab Saudi secara tiba-tiba menutup akses masuk karena pandemi Covid-19.
Lebih lanjut, HIMPUH juga mengeluarkan imbauan kepada seluruh anggotanya agar tetap berkoordinasi intensif, terutama bagi yang masih memiliki jemaah di Arab Saudi atau di negara transit.
“Anggota HIMPUH yang masih di Saudi dan akan kembali ke Indonesia harus siaga. Koordinasi dengan maskapai harus dilakukan secara berkala. Jika terjadi penundaan, maskapai punya tanggung jawab menyediakan akomodasi dan konsumsi,” tegasnya.
Tak hanya itu, bagi jemaah yang kini tengah berada di negara transit seperti Singapura, Oman, Qatar, atau Uni Emirat Arab, HIMPUH meminta agar segera melapor ke KBRI atau KJRI setempat.
“Laporkan data manifes jemaah secepatnya, supaya pemerintah bisa ikut memantau dan mengawal kepulangan mereka. Sama seperti di Saudi, maskapai wajib memulangkan dan memberikan fasilitas selama penundaan,” jelas Firman.
Hingga saat ini, sejumlah jemaah umrah anggota HIMPUH masih berada di Arab Saudi dan dijadwalkan kembali ke tanah air antara tanggal 24 hingga 28 Juni 2025.
Ikuti dan baca artikel kami lainnya di Google News.