Jepang Berduka, Putri Tertua Kekaisaran Meninggal di Usia 101 Tahun

Putri Yuriko. Dok REUTERS

Ikhbar.com: Putri Yuriko, anggota tertua dalam keluarga kekaisaran Jepang, meninggal dunia pada Jumat, 15 November 2024. Perempuan berusia 101 tahun itu telah menjalani perawatan di Rumah Sakit Internasional St. Luke di Tokyo karena menderita stroke dan pneumonia, sejak 3 Maret 2024.

Sebelumnya, Putri Yuriko sempat mengalami kondisi membaik selama menjalani perawatan intensif. Lantas, ia dipindahkan ke ruang perawatan umum ketika mulai bisa menggerakkan anggota tubuhnya.

“Namun, pada pertengahan Agustus 2024, Putri Yuriko kembali mengalami gejala pneumonia ringan dan kembali dirawat di ruang intensif selama lebih dari tiga minggu. Setelah itu, ia kembali ke ruang perawatan umum untuk melanjutkan pemulihan,” tulis laporan Japan Times, sebagaimana dikutip pada Jumat, 15 November 2024.

Baca: Desa di Jepang kian Lengang, Warga Gantikan Penduduk dengan Boneka

Pada 8 November, Badan Rumah Tangga Kekaisaran Jepang mengumumkan bahwa kondisi Putri Yuriko semakin menurun, hingga kemudian dikabarkan tutup usia.

Putri Yuriko lahir pada 1923 dari salah satu keluarga terpandang dan masuk ke keluarga Kekaisaran Jepang pada usia 18 tahun setelah menikah dengan Pangeran Mikasa, adik dari Kaisar Hirohito (Kaisar Showa). Putri Yuriko juga merupakan buyut dari Kaisar Jepang saat ini, Kaisar Naruhito.

Putri Yuriko dikaruniai lima anak, tiga putra dan dua putri. Namun, ia kehilangan suaminya pada 2016 dan ketiga putranya pada 2002, 2012, dan 2014.

Sebagai salah satu anggota keluarga kekaisaran yang hidup sebelum dan selama Perang Dunia II, Putri Yuriko menyaksikan masa-masa sulit di Jepang. Ia melahirkan dan merawat putri sulungnya saat perang berlangsung, meski harus mengungsi ke tempat perlindungan serangan udara karena rumahnya terbakar.

Dalam Autobiografi Mikasa, Putri Yuriko mengenang saat-saat menegangkan selama perang, termasuk ketika ia bersama putrinya yang baru berusia satu tahun harus tinggal di tempat perlindungan. Ia juga mengisahkan bahwa suaminya, Pangeran Mikasa, kerap menyuarakan pandangan untuk menghentikan perang meskipun banyak orang saat itu yang ingin perang dilanjutkan.

“Perdebatannya sangat tegang dan panas, sampai saya merasa seolah-olah senjata siap digunakan,” tulisnya.

Baca: Sindir Indonesia, Media Jepang Sebut Timnas Garuda Kejar Impian Piala Dunia dengan Gaya Belanda

Setelah perang berakhir, Putri Yuriko berjuang melalui berbagai kesulitan hidup. Ia membangun rumah tangga, merawat kelima anaknya, dan mendukung suaminya yang menjadi peneliti Studi Timur Dekat Kuno.

“Putri Yuriko selalu mendukung saya, baik dalam masa sulit maupun bahagia, selama lebih dari 70 tahun,” ucap Pangeran Mikasa, dalam buku tersebut.

Sepanjang pekan lalu, anggota keluarga kekaisaran bergantian mengunjungi Putri Yuriko untuk mengucapkan salam perpisahan, termasuk cucunya, Putri Yoko dan Putri Akiko, serta menantunya, Putri Hisako.

Ikuti dan baca artikel kami lainnya di Google News.