Jepang Ancam Permalukan Warga yang tak Pilah Sampah dengan Benar sebelum Dibuang

Pelanggan menyaksikan derek mengangkut sampah untuk dibakar di tempat pembakaran sampah di bar 'Gomi Pit' di Tokyo. AFP/Getty Images

Ikhbar.com: Pemerintah Kota Fukushima, Jepang, akan memberikan sanksi tegas berupa aksi mempermalukan warga yang tidak mematuhi aturan pemisahan sampah. Menurut mereka, aturan perlu diberlakukan demi memastikan agar sampah dibuang dengan cara yang benar sesuai ketentuan yang telah ditetapkan.

Saat ini, jika warga tidak memisahkan sampah dengan benar, petugas kebersihan akan menempelkan stiker pelanggaran berwarna kuning pada kantong sampah. Warga yang menerima stiker tersebut wajib membawa kembali sampah tersebut ke rumah dan menyortir ulang sebelum jadwal pengambilan berikutnya.

Namun, mulai Maret 2025 mendatang, petugas akan menempelkan stiker merah pada kantong sampah yang tidak terpisah dengan benar. Jika dalam waktu seminggu sampah tersebut tidak ditangani, pihak berwenang akan memeriksa kantong sampah tersebut dengan memeriksa surat atau barang lain di dalamnya untuk mengidentifikasi pemiliknya.

“Pelanggar akan diberikan arahan secara lisan, diikuti dengan surat pemberitahuan tertulis. Jika pelanggaran ini tidak juga diperbaiki, nama pelanggar akan dipublikasikan di situs web resmi pemerintah kota,” rilis pemerintah, sebagaimana dikutip dari The Mainichi, Senin, 23 Desember 2024.

Baca: 10 Tahun lagi Sampah Plastik tak Tertampung Bumi

Fukushima menjadi kota pertama di Jepang yang memberlakukan aturan ini terhadap individu. Sedangkan beberapa kota lainnya, seperti Kyoto dan Sasebo di Prefektur Nagasaki, baru mempublikasikan nama pelanggar atas nama perusahaan dan pelaku bisnis.

Untuk mengatasi kekhawatiran terkait privasi, pejabat kota menjelaskan bahwa inspeksi akan dilakukan di tempat tertutup tanpa kehadiran pihak ketiga. Mereka juga menegaskan bahwa publikasi nama-nama warga yang dengan sengaja melanggar aturan merupakan tindakan yang legal.

Wali Kota Fukushima, Hiroshi Kohata berharap inisiatif tersebut dapat memperbaiki masalah pengelolaan sampah di wilayahnya.

“Kami akan berupaya mendorong pemisahan sampah yang lebih baik dan pengurangan limbah,” ujarnya.

Sistem pengelolaan sampah di Jepang memang dikenal sangat ketat. Warga diwajibkan untuk memisahkan sampah berdasarkan kategori seperti yang bisa dan tidak bisa dibakar, dapat didaur ulang, dan sampah organik. Beberapa barang seperti peralatan elektronik dan furnitur memiliki aturan khusus yang mengharuskan warga untuk membuat janji terlebih dahulu agar barang tersebut diambil secara terpisah.

Sistem ketat pengelolaan sampah di Jepang dimulai pada tahun 1900 setelah Pemerintah Jepang memberlakukan undang-undang peningkatan sanitasi publik.

Setelah Perang Dunia II, Jepang mengalami urbanisasi pesat yang menyebabkan peningkatan polusi industri dan sampah rumah tangga. Hal ini mendorong pemerintah untuk membuat peraturan yang lebih ketat guna mengurangi limbah dan meningkatkan daur ulang.

Selain itu, kelangkaan tempat sampah di ruang publik juga memperburuk masalah pengelolaan limbah. Setelah serangan gas sarin di kereta bawah tanah Tokyo pada 1995, banyak tempat sampah di ruang publik yang dihilangkan demi alasan keamanan. Akibatnya, warga Jepang terbiasa membawa sampah mereka hingga menemukan tempat pembuangan yang tepat.

“Pemisahan sampah di Jepang diatur oleh masing-masing pemerintah daerah, dengan sekitar 1.700 pemerintah daerah yang masing-masing memiliki aturan pemisahan sampah sendiri,” kata seorang profesor di Universitas Daito Bunka, Seiichiro Fujii.

Pada 2022, rata-rata sampah yang dihasilkan setiap orang di Fukushima mencapai 1,08 kg per hari, lebih tinggi dari rata-rata nasional yang hanya 880 gram. Selain itu, kota ini mencatatkan sekitar 9.000 kasus sampah yang tidak mematuhi peraturan yang ada.

Divisi Pengurangan Sampah Fukushima menyatakan bahwa sampah yang dibuang secara sembarangan tidak hanya menyebabkan mengotori jalanan, tetapi juga menarik burung gagak yang mencari makanan berdatangan.

“Pembuangan sampah yang tidak tepat sangat merusak lingkungan tempat tinggal warga,” ujar mereka.

Baca: Tumbuh Kembang Islam di Jepang

Sampah yang tidak terpisah dengan benar juga membebani tempat pembuangan akhir, yang akan menjadi tanggungan bagi generasi mendatang. Oleh karena itu, pemisahan sampah dianggap sangat penting untuk keberlanjutan lingkungan.

Selain peraturan ini, Jepang juga mengadakan acara tahunan Spogomi World Cup, yang menggabungkan kata “sport” dan “gomi” (sampah dalam bahasa Jepang). Dalam acara yang terakhir digelar pada 2023 lalu, Inggris berhasil meraih juara setelah mengumpulkan 57,27 kg sampah.

Ikuti dan baca artikel kami lainnya di Google News.