Ikhbar.com: Sebanyak 100.000 mayat ditemukan di Suriah pada Senin pekan lalu. Mayat-mayat tersebut diduga kuat dibunuh mantan Presiden Bashar Al-Assad yang belum lama ini pemerintahannya digulingkan oposisi.
Kepala organisasi advokasi Suriah yang berbasis di Amerika Serikat (AS), Mouaz Moustafa mengatakan, mayat-mayat tersebut setidaknya ditemukan di lima kuburan massal.
“Situs di al-Qutayfah yang berjarak sekitar 25 mil (40 km) di utara ibu kota Suriah merupakan salah satu dari lima kuburan massal yang telah diidentifikasi selama bertahun-tahun,” ujar Moustafa dikutip dari Reuters pada Ahad, 22 Desember 2024.
Baca: Curi ‘Kesempatan dalam Kesempitan,’ Israel Caplok Tanah Suriah saat Al-Assad Digulingkan
Meski demikian, Moustafa menjelaskan bahwa angka tersebut belum pasti. Ia memperkirakan jumlah yang ditemukan melebihi 100.000 mayat.
“Saya masih yakin masih ada kuburan massal lainnya. Saya juga meyakini para korban tidak hanya terdiri dari warga Suriah, melainkan juga warga AS dan negara asing lainnya,” ujar dia.
Moustafa tiba di Suriah setelah Assad terbang ke Rusia saat pemerintahannya runtuh dalam menghadapi serangan kilat oleh pemberontak. Peristiwa tersebut sekaligus mengakhiri lebih dari 50 tahun kekuasaan tangan besi keluarganya.
Ia mengaku telah diwawancarai sejumlah media di lokasi di al Qutayfah, termasuk Channel 4 News dari Inggris untuk laporan tentang dugaan kuburan massal di sana.
Ia mengatakan bahwa cabang intelijen angkatan udara Suriah bertanggung jawab atas jenazah yang dibawa dari rumah sakit militer, tempat jenazah dikumpulkan setelah disiksa hingga meninggal, ke berbagai cabang intelijen, lalu dikirim ke lokasi kuburan massal.
Mayat juga diangkut ke lokasi oleh kantor pemakaman kota Damaskus yang personelnya membantu menurunkannya dari traktor-trailer berpendingin, katanya.
“Kami dapat berbicara dengan orang-orang yang bekerja di kuburan massal tersebut, yang telah melarikan diri dari Suriah atau yang kami bantu melarikan diri,” kata Moustafa.
Kelompoknya telah berbicara kepada operator buldoser yang terpaksa menggali kuburan. Mereka mengaku melakukan hal tersebut atas atas perintah pimpinan.
“Kami meremas mayat-mayat itu agar bisa masuk ke dalamnya dan kemudian menutupinya dengan tanah,” katanya.
Moustafa menyatakan kekhawatirannya bahwa lokasi kuburan tidak aman. Ia mengatakan kuburan itu perlu dilestarikan guna melindungi barang bukti untuk penyelidikan
Ratusan ribu warga Suriah diperkirakan telah terbunuh sejak 2011. Peristiwa itu diduga beriringan dengan tindakan tegas Assad kepada para oposisi. Akibatnya, perang saudara pun tak terhindarkan.
Warga Suriah menuduh Assad dan ayahnya Hafez merupakan pemimpin yang kejam. Meraka tak segan untuk menangkap bahkan membunuh kelompok yang bertentangan dengannya.
Assad berulang kali membantah bahwa pemerintahannya melakukan pelanggaran hak asasi manusia. Ia juga membantah menyebut pihak yang mengkritiknya ekstremis.
Sementara itu, Duta Besar Suriah untuk PBB, Koussay Aldahhak mengaku masih menunggu instruksi dari pemerintahan baru pasca lengsernya rezim Assad.
“Kami masih terus membela dan bekerja untuk rakyat Suriah,” tandasnya.