Ikhbar.com: Israel diduga sedang memperluas program senjata nuklirnya sendiri yang selama ini dirahasiakan di tengah agresi terhadap program nuklir Iran.
Beberapa pakar keamanan menilai aktivitas tersebut mengindikasikan peningkatan kapasitas persenjataan nuklir di situs Dimona, Israel selatan.
“Dari perspektif postur diplomatik resmi, Israel tidak akan mengonfirmasi atau menyangkal,” ujar Alexander K. Bollfrass dari International Institute for Strategic Studies, London, dikutip dari The New York Times, pada Rabu, 18 Juni 2025.
Baca: Bukan Nuklir, Israel Punya Motif Lain Serang Iran, Kata Analis
Menurutnya, sikap Israel hanya sebatas menyatakan tidak akan menjadi negara pertama yang “memperkenalkan” senjata nuklir di Timur Tengah, sebuah pernyataan ambigu yang menyembunyikan eksistensi arsenal mereka.
Menurut data Center for Arms Control and Nonproliferation dan Nuclear Threat Initiative, Israel memiliki sekitar 90 hulu ledak dan cukup bahan fissile untuk memproduksi ratusan lagi. Persenjataan ini dapat diluncurkan dari jet tempur, kapal selam, maupun peluncur darat.
Sejak awal berdirinya pada 1948, Israel menjadikan kekuatan nuklir sebagai bagian dari strategi keamanan nasional.
Pembangunan fasilitas nuklir di Dimona dimulai pada 1958, dan laporan intelijen Amerika Serikat (AS) yang dideklasifikasi menunjukkan adanya pabrik pengolahan plutonium untuk senjata di sana sejak 1960.
Sekitar 1967, Israel diyakini sudah memiliki kemampuan memproduksi bahan peledak nuklir.
Hingga kini, Israel tidak pernah menggunakan senjata nuklir dalam konflik. Meski demikian, laporan menunjukkan senjata tersebut sempat dipersiapkan saat perang Arab-Israel pada 1967 dan 1973.
Baca: Perang Iran-Israel Hari Kelima, Ini Daftar Fasilitas Penting yang Dilaporkan Hancur
Dugaan uji coba nuklir juga muncul dari insiden kilatan cahaya ganda di Samudra Atlantik Selatan pada 1979, yang diduga berasal dari Israel atau Afrika Selatan. Namun, keterlibatan Israel dibantah, dan dokumen terkait tetap dirahasiakan.
Dimona menjadi simbol kerahasiaan program nuklir Israel. Tidak ada inspeksi Badan Energi Atom Internasional (IAEA) di situs ini, dan kunjungan inspektur AS terakhir terjadi pada 1960-an.
Foto satelit dalam lima tahun terakhir memperlihatkan konstruksi besar yang diduga sebagai upaya modernisasi fasilitas atau pembangunan reaktor baru.
Menurut laporan Stockholm International Peace Research Institute, pengembangan terbaru di Dimona menunjukkan kemungkinan produksi plutonium, bahan penting untuk senjata nuklir maupun energi sipil.