Ikhbar.com: Lebih dari 300.000 warga Palestina yang mengungsi akibat konflik di Gaza telah kembali ke wilayah utara setelah militer Israel mengizinkan kepulangan mereka sejak Senin pagi.
Dalam pernyataan singkat, kantor pers pemerintah Hamas menyampaikan bahwa warga Palestina kembali hari ini ke wilayah utara Gaza.
Kantor media pemerintah Gaza mengungkapkan bahwa setidaknya 135.000 tenda dan karavan dibutuhkan untuk menampung para pengungsi yang kembali, terutama di Kota Gaza dan wilayah utara.
Meskipun kondisi sulit, Hamas menyebut kepulangan ini sebagai sebuah “kemenangan,” yang mereka anggap menunjukkan “kegagalan dan kekalahan rencana pendudukan dan pengusiran.”
Kepulangan warga ini berlangsung setelah kesepakatan gencatan senjata antara Hamas dan Israel, yang memungkinkan pengungsi kembali ke utara mulai Senin.
Baca: Jerman Kecam Rencana Donald Trump Usir Warga Palestina dari Gaza
Pemandangan ini sangat berbeda dibandingkan situasi perang sebelumnya, ketika lebih dari 1 juta orang terpaksa mengungsi ke wilayah selatan Gaza untuk menghindari serangan militer Israel.
Awalnya, Israel melarang pengungsi kembali ke Gaza utara, tetapi setelah kesepakatan baru tercapai, kantor Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menyatakan bahwa mereka diizinkan kembali. Hamas mengecam larangan tersebut sebagai pelanggaran gencatan senjata.
Gelombang besar warga yang bergerak melalui Koridor Netzarim, jalur menuju utara yang kini terbuka, terlihat membawa barang-barang penting. Sebagian warga mendorong gerobak berisi kasur dan perabot, sementara lainnya hanya membawa apa yang bisa mereka angkut.
Baca: Ratusan Truk Bantuan Gagal Masuk ke Gaza
Momen kepulangan ini memicu campuran haru dan keterkejutan. Sebagian warga dikejutkan oleh pemandangan kehancuran akibat perang yang berlangsung lebih dari setahun. Di tengah reruntuhan, spanduk bertuliskan “Selamat datang di Gaza” tampak menyambut mereka di jalan-jalan tanah di Kota Gaza.
“Saya merasa seolah-olah jiwa dan kehidupan saya telah kembali kepada saya. Kami akan membangun kembali rumah kami, meskipun dengan lumpur dan pasir,” kata seorang perempuan berusia 22 tahun yang kembali ke Kota Gaza setelah beberapa kali mengungsi, Lamees al-Iwady, dikutip dari AFP, pada Selasa, 28 Januari 2025.
Namun, membangun kembali kehidupan dari kehancuran akibat konflik panjang akan menjadi tugas berat yang memerlukan waktu dan bantuan besar.