Bumi Berputar Lebih Cepat hingga Agustus 2025, Apa Dampaknya?

Ilustrasi perputaran bumi. Foto: iStockphoto

Ikhbar.com: Rotasi Bumi diperkirakan meningkat kecepatannya selama periode Juli hingga Agustus 2025. Fenomena ini diyakini berpengaruh pada panjang hari yang akan lebih pendek dari biasanya.

“Kita tidak menyangka rotasi Bumi justru makin cepat. Selama ini diasumsikan Bumi terus melambat, bukan sebaliknya,” ujar Judah Levine, fisikawan dari National Institute of Standards and Technology (NIST) dikutip dari Live Sciences pada Senin, 7 Juli 2025.

Data dari International Earth Rotation and Reference Systems Service (IERS) menunjukkan, 22 Juli dan 5 Agustus 2025 diprediksi jadi hari terpendek. Durasi hari pada dua tanggal itu akan berkurang 1,38 hingga 1,5 milidetik.

Sejak 2020, tren percepatan ini semakin terasa. Tahun tersebut mencatat 28 hari terpendek sejak 1960. Pada 2024, rekor hari tercepat kembali terjadi dengan selisih 1,66 milidetik lebih singkat dari hari normal.

Baca: Ilmuwan Ungkap 3 Cara Turunkan Suhu Bumi

Biasanya, perlambatan Bumi dikompensasi lewat penambahan detik kabisat. Namun sejak 2016, tak ada satu pun detik kabisat ditambahkan. IERS juga memastikan tak akan ada penambahan detik kabisat pada Juni 2025.

“Ini sesuatu yang tak pernah kami perkirakan,” kata Levine.

Ia menyebut bahwa perubahan sekecil milidetik dapat berdampak besar pada sistem navigasi dan satelit global.

Secara teori, Bulan yang menjauh dari Bumi menyebabkan rotasi melambat 1,8 milidetik setiap abad. Tapi posisi Bulan terhadap ekuator juga bisa memicu percepatan sesaat.

Jika Bulan berada lebih jauh dari khatulistiwa, gaya tariknya bisa mempercepat putaran Bumi. Perubahan-perubahan ini menjadi sorotan karena berkaitan erat dengan sistem waktu berbasis teknologi presisi tinggi seperti GPS.

Selain Bulan, aktivitas geologi juga memengaruhi rotasi Bumi. Gempa besar Jepang 2011 misalnya, menggeser sumbu Bumi 17 sentimeter dan memperpendek hari sekitar 1,8 mikrodetik. Sementara gempa Aceh tahun 2004 bahkan mempercepat hari hingga 2,68 mikrodetik.

Faktor lain seperti pergeseran massa air laut dan pencairan es di kutub turut memperkuat dinamika ini. Semua ini menunjukkan betapa dinamisnya Bumi dalam menjaga ritme waktunya.

Ikuti dan baca artikel kami lainnya di Google News.