Ikhbar.com: Ketua Pimpinan Pusat (PP) GP Ansor, H. M. Abdullah Syukri tidak menolak kebebasan berpikir. Baginya, kebebasan justru menjadi pintu masuk untuk menemukan ide-ide baru.
Namun, sosok yang karib disapa Gus Abe ini menekankan bahwa kebebasan itu harus diiringi batasan, konsep yang jelas, dan rasa tanggung jawab.
“Sekarang ini ada anak muda yang memaknai kebebasan tanpa batasan, tanpa konsep, tanpa tujuan. Padahal kita bebas, tapi sebelumnya harus tahu arahnya,” katanya, dalam program Sinikhbar | Siniar Ikhbar, bertema “Segudang Ide Gus Abe” di Ikhbar TV, dikutip pada Senin, 11 Agustus 2025.

Baca: Mengapa Pesantren Perlu Terhubung dengan Jaringan Global?
Gus Abe bercerita, di luar negeri ia menemukan kebiasaan berbeda: orang bisa berdebat panjang tanpa baper, dan tetap menjaga hubungan baik meski pandangan politiknya berseberangan.
Pengalaman itu membuatnya ingin mendorong kultur diskusi yang sehat di Indonesia.
“Berbeda pikiran tidak berarti memutus pertemanan,” tegasnya.
Meski mendukung kemandirian berpikir, Gus Abe menempatkan saran dan restu orang tua pada posisi yang sangat penting.
“Bagi saya, orang tua segalanya. Kalau kita nurut orang tua, jalan kesuksesan akan mengikuti,” ujarnya.
Baca: 3 Tips Jadi Anak Muda Aktif dari Gus Abe
Salah satu Tokoh Muda NU Berpengaruh Tahun 2024 versi Ikhbar.com itu menambahkan, bagi yang tidak bisa terbuka kepada orang tua, kiai atau guru dapat menjadi tempat bertanya dan meminta arahan.
Pandangan ini lahir dari pengalamannya sendiri. Sewaktu ingin mencalonkan diri sebagai Ketua Cabang Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) di Malang, Jawa Timur, ia mengurungkan niat karena dilarang sang ayah dengan alasan ngajinya belum khatam. Keputusan itu membawanya nyantri di Sarang selama tiga tahun, yang kelak menjadi bekal penting saat memimpin di tingkat nasional.
Baca: Mengenal Piramida Pola Pikir Manusia dan Responsnya terhadap Pemahaman Agama
Bagi Gus Abe, kebebasan berpikir dan kepatuhan pada nasihat orang tua bukanlah hal yang saling bertentangan. Justru keduanya bisa berjalan berdampingan membentuk pribadi yang mandiri sekaligus berakar pada nilai-nilai yang kokoh.
“Dasarnya keyakinan dan keimanan. Dari situ kita belajar menimbang, memilih, dan bertanggung jawab atas setiap keputusan,” tutur Ketua Umum Pengurus Besar (PB) PMII (2021-2024) tersebut.