Januari Gerbang Perubahan

Sekadar menerawang, bukan menulis urutan target dan janji-janji, yang pada akhirnya lebih dikhianati sendiri.
Ilustrasi perjalanan seseorang memasuki gerbang perubahan dan pencerahan. PIXABAY/Khusen Rustamov

Oleh: Ustaz Sofhal Adnan (Pemimpin Redaksi Ikhbar.com)

JANUARI adalah pembuka. Ia kerap dipandang sebagai gerbang yang menandai awal ruang, pun perjalanan setahun ke depan. Sebagai simbol permulaan, Januari menghadirkan harapan, semangat, dan segala tekad perbaikan.

Ketimbang sibuk ditawan tren resolusi, Januari lebih tepat dipahami sebagai momentum untuk merefleksikan masa lalu, sekaligus menerawang masa depan. Sekadar menerawang, bukan menulis urutan target dan janji-janji, yang pada akhirnya lebih dikhianati sendiri.

Semangat perubahan di bulan Januari tidak hanya muncul pada tingkat individu. Pada level sosial dan politik, perubahan hadir setara semangat pembaruan yang lebih luas. Setelah pemilihan umum atau pilkada, pemimpin baru mulai ambil alih kendali. Mereka memulai perjalanan panjang untuk memenuhi janji dan visi yang telah disampaikan.

Pemimpin baru membawa harapan bagi banyak orang. Masyarakat berharap kebijakan yang lebih baik, pembangunan yang lebih merata, dan solusi untuk masalah-masalah krusial seperti ekonomi dan pendidikan. Januari menjadi momentum penting bagi bangsa untuk memulai perubahan yang lebih besar.

Namun, perubahan yang diinginkan tidak hanya datang dari kebijakan pemerintah. Masyarakat turut memegang peranan besar. Perubahan yang sejati terjadi ketika pemimpin dan rakyat bekerja sama. Setiap individu memiliki tanggung jawab untuk menciptakan perubahan.

Dalam konteks ini, Januari mengingatkan pentingnya kolaborasi dan kontribusi dari setiap lapisan masyarakat. Perubahan sejati hanya akan tercapai dengan usaha bersama, di bawah naungan visi yang jelas dan kerja keras yang terus-menerus.

Baca: [Filosobih] Awal adalah Akhir

Perubahan sejati dimulai dari dalam diri

Perubahan harus dimulai dari dalam diri. Secara tegas, QS. Ar-Ra’ad: 11 menyatakan bahwa Allah Swt tidak akan mengubah keadaan suatu kaum hingga mereka mengubah apa yang ada pada diri mereka. Dalam tafsirnya, Imam At-Thabari dan Imam Al-Qurthubi menjelaskan bahwa perubahan itu bersifat personal.

Manusia selalu menerima anugerah kenikmatan dari Allah Swt, tetapi perilaku mereka sendiri lah yang kerap mengubah kenikmatan tersebut menjadi musibah.

Imam Al-Qurthubi menambahkan bahwa perubahan juga bisa dipengaruhi oleh faktor eksternal, seperti keluarga atau komunitas. Akan tetapi, perubahan terbesar tetap berasal dari usaha pribadi. Setiap individu memiliki peran dalam perubahan yang terjadi di sekitarnya. Dengan niat yang tulus dan usaha yang sungguh-sungguh, setiap perubahan yang diinginkan bisa terwujud.

Januari adalah waktu yang tepat untuk menilai kembali niat dan amal. Sebagai bulan yang menandai awal tahun baru, ia mengajak setiap individu untuk merenung, memperbaiki diri, dan memperbaharui tekad.

Refleksi diri atau muhasabah menjadi salah satu cara untuk mengawal perubahan. QS. Al-Hasyr: 18 mengingatkan untuk memperhatikan apa yang telah dilakukan dan apa yang akan dilakukan untuk masa depan. Evaluasi diri sangat penting dalam proses perubahan. Setiap individu perlu menilai tindakannya, memperbaiki kekurangan, dan merencanakan tujuan yang lebih baik. Muhasabah adalah langkah awal yang sangat krusial dalam memulai perjalanan menuju perubahan yang lebih baik.

Melalui muhasabah, setiap individu bisa mengidentifikasi kelemahan dan menentukan strategi untuk perubahan. Ini bukan hanya soal mengubah kebiasaan buruk, tetapi juga soal merawat dan menjaga nikmat yang telah diberikan oleh Allah Swt. Tanpa kesadaran diri, perubahan tidak akan pernah terjadi. Dengan niat yang ikhlas dan usaha yang sungguh-sungguh, perubahan bisa terwujud dan memberi dampak positif.

Perubahan adalah sunatullah

Perubahan adalah bagian dari sunatullah. Allah Swt menciptakan alam semesta dengan sifat dinamis, selalu bergerak dan berkembang. Dalam QS. Yasin: 38, Allah Swt berfirman bahwa setiap makhluk berjalan sesuai dengan ketetapan-Nya. Alam semesta terus berubah, demikian pula dengan kehidupan manusia.

Islam mendorong umatnya untuk terus berusaha menjadi lebih baik, baik dalam aspek spiritual, sosial, maupun material. Setiap perubahan memberikan kesempatan untuk bertumbuh dan berkembang. Perubahan juga membuka peluang untuk memperbaiki diri dan memperbaiki keadaan sekitar. Setiap individu diajak untuk mengambil peran dalam perubahan tersebut. Melalui perubahan, seseorang bisa mencapai kedudukan yang lebih mulia di sisi Allah Swt.

Perubahan juga membawa tantangan dan peluang. Tantangan datang dalam bentuk kesulitan dan hambatan yang harus dihadapi. Peluang datang dalam bentuk kesempatan untuk tumbuh, belajar, dan menjadi lebih baik.

Islam mengajarkan untuk menghadapi tantangan dengan tawakal dan ikhtiar. Tawakal adalah sikap pasrah setelah usaha maksimal dilakukan. Ikhtiar adalah usaha sungguh-sungguh untuk meraih tujuan yang baik. Keduanya harus berjalan seiring untuk mencapai perubahan yang diinginkan.

Dengan memahami bahwa perubahan adalah bagian dari sunatullah, setiap individu dapat lebih siap menghadapi tantangan. Tidak perlu takut atau ragu untuk melakukan perubahan, karena perubahan adalah bagian dari proses kehidupan yang terus bergerak. Allah menghendaki setiap makhluk-Nya untuk tumbuh dan berkembang. Melalui perubahan, kualitas hidup dapat meningkat. Setiap individu bisa menjadi pribadi yang lebih baik dan lebih dekat dengan Allah Swt.

Baca: Analogi Masuk Akal Ikhtiar dan Tawakal ala Buya Said Aqil

Istikamah dalam menghadapi perubahan

Islam mengajarkan istikamah sebagai prinsip dasar dalam menghadapi perubahan. Istikamah berarti tetap teguh pada jalan yang benar meskipun banyak godaan dan tantangan. Dalam QS. Hud: 112, manusia diingatkan agar tetap berada di jalan yang lurus dan benar.

Dalam menghadapi perubahan zaman, prinsip istikamah sangat diperlukan. Meskipun zaman berubah, prinsip kebenaran tidak boleh diubah. Setiap individu harus tetap berpegang pada nilai-nilai yang benar dan tidak tergoda oleh perubahan yang menyesatkan.

Selain istikamah, Islam juga mengajarkan ijtihad. Ijtihad adalah usaha untuk berpikir kritis dan kreatif dalam mencari solusi terbaik. Setiap masalah harus dihadapi dengan pemikiran yang matang dan hati-hati. Ijtihad juga mengajak umat Islam untuk tidak terpaku pada tradisi yang sudah ada, tetapi berusaha untuk menemukan cara-cara baru yang lebih baik. Ijtihad harus dilakukan dengan tetap berpegang pada nilai-nilai Islam, agar solusi yang ditemukan tetap sesuai dengan ajaran-Nya.

Sikap tawakal juga penting dalam menghadapi perubahan. Tawakal mengajarkan untuk menyerahkan hasil usaha kepada Allah Swt. Setelah berusaha dengan maksimal, hasil akhir hanya milik Allah Swt. Tawakal adalah bentuk kepasrahan yang penuh keyakinan bahwa Allah Swt akan memberikan yang terbaik. Ini adalah sikap yang harus dimiliki oleh setiap individu yang menghadapi perubahan. Dengan tawakal, setiap langkah akan terasa lebih ringan dan penuh keyakinan.

Baca: Tafsir QS. Al-Hasyr Ayat 18: Perintah Muhasabah

Niat yang jelas dalam setiap perubahan

Niat adalah kunci dari setiap perubahan. Rasulullah Muhammad Saw bersabda, “Sesungguhnya segala amal itu tergantung pada niatnya” (HR. Bukhari dan Muslim). Setiap perubahan yang diinginkan harus dimulai dengan niat yang benar.

Niat yang tulus akan menuntun setiap langkah dan menjaga konsistensi dalam menghadapi tantangan. Niat juga menentukan arah dari perubahan yang diinginkan, apakah untuk duniawi semata atau untuk meraih rida Allah Swt.

Perubahan dimulai dengan langkah kecil. Langkah kecil yang dilakukan dengan konsisten akan membangun fondasi yang kuat untuk perubahan besar. Meskipun langkah tersebut tampak sederhana, tetapi jika dilakukan dengan niat yang ikhlas dan terus-menerus, perubahan yang besar dapat tercapai.

Rasulullah Saw mengajarkan bahwa “Amalan yang paling dicintai Allah adalah amalan yang terus-menerus, walaupun sedikit.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Setiap perubahan harus dibarengi dengan usaha dan doa. Usaha adalah bentuk komitmen untuk meraih tujuan, sedangkan doa adalah pengakuan bahwa segala sesuatu hanya bisa tercapai dengan izin Allah. QS. Ghafir: 60 menyatakan, “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Aku perkenankan bagimu.”

Doa adalah penguatan dalam setiap langkah, memberikan keyakinan bahwa segala usaha akan mendapatkan berkah dari Allah Swt.

Dengan niat yang jelas, usaha yang maksimal, dan doa yang tulus, perubahan yang diinginkan akan tercapai. Setiap langkah menuju kebaikan akan bernilai pahala dan membawa keberkahan dalam kehidupan dunia dan akhirat. Januari menjadi saat yang tepat untuk memperbarui niat, memperbaiki diri, dan memulai perjalanan menuju perubahan yang lebih baik.[]

Indana merupakan rubrik khusus yang merekam pandangan Dewan Redaksi Ikhbar.com terhadap fenomena yang terjadi di tengah masyarakat. Meski begitu, Indana ditulis secara reflektif dan bersifat personal sehingga seluruh muatan dan isinya secara penuh menjadi tanggung jawab penulis.

Ikuti dan baca artikel kami lainnya di Google News.