Ikhbar.com: Perkembangan kaligrafi Islam atau Arab memiliki kaitan yang erat dengan sejarah penulisan Al-Qur’an. Namun, dalam perjalanan selanjutnya, karya seni yang sudah ditetapkan organisasi kebudayaan dunia (UNESCO) sebagai warisan budaya takbenda ini juga memiliki banyak fungsi lainnya.
Manajer senior Program Kesenian Publik Art Jameel Arab Saudi, Lana Shamma menjelaskan, karya seni kaligrafi telah menghiasi hampir setiap dinding dan telah diadopsi oleh banyak profesi.
“Kaligrafi juga telah digunakan dengan cara-cara inovatif untuk menciptakan karya seni berdasarkan huruf atau kata-kata. Dengan demikian, ini adalah bagian intrinsik dari seni Arab dan Islam,” katanya, dikutip dari Arab News, Selasa, 24 Oktober 2023.
Baca: Sejarah Kaligrafi Islam: Misteri Kufi
Fleksibel dan dinamis
Menurut Shamma, perwujudan paling jelas adalah beragam karya tipografi yang tertulis di banyak media, dari perkamen hingga kertas. Penggunaannya pun tidak hanya bermanfaat bagi kebesaran Islam.
“Alkitab kuno juga ditranskripsikan dalam aksara Arab dalam bentuk kaligrafi yang indah,” ungkapnya.
“Secara keseluruhan, penghargaan terhadap kata-kata ditulis dan diterjemahkan menjadi penghormatan terhadap bahasa Arab, yang masih hidup dalam budaya masa kini,” sambung dia.
Dinasti Ottoman, lanjut Shamma, menjadi institusi yang telah mampu mengategorikan aksara berdasarkan bentuk dan fungsinya. Namun, penggunaan aksara itu tetap ditentukan pembaca, keartistikan bentuk, dan isi tulisan itu sendiri.
“Naskh, misalnya, merupakan naskah pilihan untuk manuskrip dan dokumen administrasi; Rayhani digunakan untuk surat dan dekrit kanselir; dan Diwani yang sangat ekskusif digunakan untuk korespondensi pengadilan. Di Persia, aksara Nastaliq, yang muncul pada abad ke-14 dan ke-15, menjadi gaya yang disukai untuk teks puisi,” terangnya.
Di sisi lain, banyaknya ekspresi penggunaan itu melahirkan beragam genre kaligrafi lainnya. “Fleksibilitasnya juga membuatnya menarik untuk diaplikasikan pada berbagai media, mulai dari arsitektur, pencahayaan buku, hingga bordir pada tekstil,” ujar Shamma.
Kaligrafi Arab dapat ditemukan pada segala hal, mulai dari keramik, tekstil, kaca enamel, koin, kerajinan logam, karpet, dan ukiran kayu.
Roh seni arsitektur
Masih menurut Shamma, Gaya Kufi banyak dikembangkan untuk menghiasi karya seni media keramik sejak era Fatimiyah. Selain itu, berlaku juga di produk tekstil bertulis yang dikenal sebagai tiraz.
“Begitu juga karya sulam yang biasa dijadikan sebagai hadiah dan cermin-cermin yang terbuat dari perunggu diukir dengan kata-kata bermakna harapan-harapan baik,” kata dia.
Para pekerja seni kaligrafi sering kali menciptakan karya dengan keindahan dan kompleksitas yang luar biasa. Mereka mampu memanfaatkan keserbagunaan Bahasa Arab sebagai bentuk ornamen.
Aksara tertentu, khususnya Kufi dan Thuluth, dinilai paling cocok untuk seni arsitektur. Karya kaligrafi ini telah menghiasi berbagai bangunan keagamaan, militer, sipil, dan monumen.
“Salah satu contoh prasasti arsitektur paling awal ditemukan di Kubah Batu Yerusalem, tetapi karya kaligrafi dalam bentuk prasasti lazim menempel dalam bangunan di seluruh dunia Islam. Mereka menghiasi Masjid Sultan Hassan di Kairo, salah satu contoh terbaik arsitektur awal Mamluk; Madrasah Bou Inania di Meknes, Maroko; dan Masjid Shah di Isfahan, yang dianggap sebagai mahakarya arsitektur Persia,” jelas Shamma.
Baca: Sejarah Kaligrafi Islam (2): Mengenal Raja Pena, Ibnu Muqla
Tiga fungsi kaligrafi
Sementara itu, seniman, sejarawan, sekaligus profesor desain di American University di Kairo (AUC), Bahia Shehab menjelaskan bahwa ada tiga peran kaligrafi dalam seni arsitektur.
“Pertama, bersifat informatif, karena sebuah bangunan biasanya menyatakan identitas pembuat, masa pengerjaan, hingga nama bangunan tersebut. Misal, bangunan yang berasal dari dana wakaf, maka bagian dalamnya harus diukir atau dicat dengan berbagai informasi tersebut,” kata Shehab.
Kedua, lanjut dia, adalah fungsi dekoratif. Seni kaligrafi dan motif geometris Arab menjadi kunci dekorasi yang mengagumkan, terutama di bangunan-bangunan keagamaan.
“Dan menurut saya, fungsi ketiga adalah perwujudan kekuatan. Lukisan-lukisan dengan ukuran tulisan yang besar dan indah di sebuah masjid di Turki, fasad di peninggalan bangunan Mamluk di Mesir, atau pada bangunan Safawi di Iran atau di Mughal India, merupakan perwujudan dari kesalehan, kekuasaan, sekaligus penghormatan kepada Tuhan,” tegasnya.