Ikhbar.com: Para ilmuwan telah berhasil merekonstruksi wajah fir’aun Mesir kuno, Ramses II. Ramses II merupakan fir’aun yang diduga kuat sebagai tokoh yang mempersekusi Nabi Musa As dalam catatan sejarah Islam, Kristen, maupun Yudaisme.
Dalam merekonstruksi wajah tersebut, para ilmuwan menggunakan teknik pemindaian pada tubuh mumi yang masih utuh.
“Kami melakukan proses regresi usia tiga dimensi untuk menghilangkan beberapa tanda penuaan untuk menggambarkan dia di usia paruh baya, di puncak kekuasaannya,” ungkap Direktur Wajah Lab Liverpool John Moores University, Inggris Raya, Caroline Wilkinson, sebagaimana dikutip dari Live Science, pada Jumat, 11 Agustus 2023.
Menurut Wilkinson, meskipun penguasa Mesir kuno itu mati di usia 90-an tahun, para ilmuwan telah mampu membalik usianya ke beberapa dekade demi bisa menunjukkan wajah Ramses II di masa jayanya, yakni saat berusia sekitar 45 tahun.
Mumi Ramses II disimpan di Museum Nasional Peradaban Mesir di Kairo. Mumi tersebut ditemukan pada 1881 di dekat Luxor di Mesir bagian selatan.

Baca: Pentingnya Belajar Sejarah Menurut Ibn Khaldun hingga Arkoun
Sejarah mumi
Para ilmuwan menyebut mumi sebagai sesuatu yang diharapkan, tetapi dibuat secara tidak sengaja.
Kepala Paleopatologi dan Kelompok Studi Mumi sekaligus Direktur Institut Kedokteran Evolusioner Universitas Zurich, Frank Ruhli mengungkapkan, budaya pembuatan mumi masyarakat Mesir bertujuan untuk mencegah kerusakan mayat yang secara alamiah akan hancur saat disimpan di dalam tanah.
“Tapi ada jalan menuju keabadian mumi yang tidak melibatkan guci kanopik, garam natron, atau pengait penghapus otak. Namun, faktanya, beberapa mumi Mesir tertua kemungkinan besar merupakan kecelakaan,” kata Ruhli.
Ide membuat mumi dimulai saat masyarakat Mesir kuno menemukan jasad yang terkubur dangkal di sebuah gurun. Jasad itu awet secara alami selama ribuan tahun karena sentuhan panas kering udara dan pasir gurun Sahara.

Menurut Ruhli, ide itu kemudian diadopsi orang Mesir kuno untuk mulai memumikan tokoh-tokoh terhormat mereka yang telah meninggal.
“Gurun panas hanyalah salah satu dari banyak lingkungan di mana mayat secara alami menjadi mumi. Para ilmuwan menjelaskan bagaimana lingkungan mulai dari rawa hingga puncak gunung yang dingin dapat mencegah pembusukan dan—dengan sedikit keberuntungan—memumikan tubuh,” ungkapnya.
Baca: Mengenal Ismail Al-Jazari, Ilmuwan Muslim Pencipta Robot Pertama di Dunia
Bukan cuma Mesir
Ahli antropologi fisik dari Universitas Tarapacadi Chili, Bernardo Arriaza menegaskan, Mesir bukan satu-satunya budaya gurun melestarikan budaya mumi. Orang-orang Chinchorro di Chili utara juga membuat mumi dari mayat keluarga mereka sekitar 2.000 tahun sebelumnya.
“Mereka menimbun mayat-mayat tersebut di Gurun Atacama,” ungkapnya.
“Salah satu hal menarik tentang mumi Chinchorro adalah bahwa beberapa di antaranya sengaja disiapkan, sementara yang lain dimumikan secara alami (tidak sengaja),” sambungnya.
Menurutnya, mumi Chinchorro tertua, Acha Man, secara alami diawetkan di gurun pasir selama lebih dari 9.000 tahun. Mumi alami juga banyak ditemukan di gurun di seluruh dunia.
“Di antara yang paling terpelihara dengan baik adalah mumi Tarim di Xinjiang, China, yang dikubur dalam peti mati berbentuk perahu hingga 4.000 tahun yang lalu.di Gurun Taklamakan,” katanya.