Ikhbar.com: Menikah perlu persiapan yang matang. Jika belum siap, menunda adalah pilihan yang tepat. Hal itu dilakukan demi mencegah para ibu dari baby blues atau depresi pascamelahirkan.
Demikian disampaikan Psikolog dari Ikatan Psikologi Klinis Himpunan Psikologi Indonesia (HIMPSI), Naftalia Kusumawardhani dalam diskusi bertajuk “Kelas Orang Tua Hebat” yang diselenggarakan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) pada Senin, 29 Januari 2024.
“Tunda pernikahan apabila usia calon pengantin masih terlalu muda, karena secara psikologis belum siap untuk menjadi orang tua,” ujar Naftaila dalam diskusi yang berlangsung online dikutip dari Antara pada Selasa, 30 Januari 2024.
Menurutnya, akan ada banyak perubahan kehidupan yang cukup mengagetkan dan menyita perhatian setelah menjadi orang tua.
Ia menjelaskan, baby blues atau postpartum distress syndrome adalah kondisi terganggunya suasana hati yang terjadi pascamelahirkan.
“Fenomena tersebut dapat dialami sekitar 50-80 persen perempuan yang melahirkan, khususnya kelahiran anak pertama. Tetapi tidak menutup kemungkinan dialami pada kelahiran anak kedua dan seterusnya,” katanya.
Lebih lanjut, ia mengungkapkan bahwa gejala baby blues dapat dilihat dari beberapa perubahan, di antaranya mudah sedih dan menangis, sensitif, cemas, takut, dan tidak percaya diri.
Baca: Wahai Kaum Ibu, Ini Saran Al-Qur’an agar Terhindar dari Sindrom Baby Blues
“Gejala lain bisa dilihat sang ibu merasa kehabisan tenaga, tidak tertarik merawat bayi, merasa gagal, tidak berharga, tidak nyaman, bingung tanpa sebab, dan tidak sabar,” jelas dia.
Naftaila menjelaskan, jika gejala tersebut berlangsung selama dua pekan, maka ibu harus berani ambil keputusan untuk mencari bantuan ke psikolog.
“Pengalaman melahirkan itu unik, tidak universal, maka sebaiknya ibu tetap berobat dan tidak terpengaruh anggapan orang yang memandang negatif. Justru ibu hebat-lah yang tahu cara antisipasinya,” ujarnya.
Menurutnya, baby blues dapat dialami karena perubahan kehidupan setelah menjadi orang tua. Ia tidak hanya tentang mengasuh anak, tetapi juga hubungan dengan anggota keluarga, mertua, dan ipar yang mengalami transisi.
“Ibu yang kelelahan dan memiliki beban dapat menyebabkan kurang optimalnya pengasuhan di masa emas anak yakni di 1.000 hari pertama kehidupan atau usia 0-2 tahun,” ucapnya.
“Ibu yang terlalu capek dan memiliki beban tambahan dapat menyebabkan tidak terpenuhinya kebutuhan nutrisi bayi,” imbuhnya.
Jika seorang ibu stres, kata dia, maka akan menimbulkan sejumlah masalah, mulai dari ASI tidak keluar, kelelahan, sampai tidak sempat memperhatikan gizi dalam menu makanan bayi.
“Akibatnya pengasuhan di 1.000 Hari Pertama Kehidupan kurang optimal,” jelasnya.
Untuk itu, ia menekankan kepada para calon orang tua pentingnya memiliki pengetahuan tentang kehamilan hingga pascamelahirkan.
Baca: Pengorbanan dan Kemuliaan Ibu menurut Al-Qur’an
“Menambah wawasan ini akan membentuk kesiapan dan mengoptimalkan persiapan calon orang tua, serta mintalah dukungan keluarga. Persiapan dalam segala aspek juga perlu, tidak hanya finansial, tetapi juga secara fisik dan psikologis,” ujar dia.
Ia menambahkan, masa nifas (40 hari pascamelahirkan) merupakan periode kritis untuk ibu, karena itu adalah waktu yang dibutuhkan untuk pemulihan secara fisik dan psikologis.
“Perlu diketahui para calon orang tua, apa saja yang terjadi di tiga periode penting selama nifas, yaitu pada hari pertama sampai hari ketiga, taking in, kemudian hari ketiga sampai ke-10, taking hold, sampai letting go di hari ke-10 hingga kurang lebih minggu keenam,” tuturnya.
Ia menegaskan, penting juga bagi orang sekitar untuk tidak menghakimi pilihan ibu dalam melahirkan, baik itu normal maupun operasi sesar.
“Penghakiman dari orang lain seperti anggapan ibu sejati adalah yang melahirkan secara normal, sedangkan operasi sesar dianggap ibu takut kesakitan, takut bentuk fisik berubah, atau terkesan hanya ingin proses yang mudah saja. Penghakiman itu dapat membuat ibu semakin terbebani,” ucap Naftalia.
Baca: 58% Anak Muda Indonesia Ogah Cepat Menikah
Setelah melahirkan, kondisi fisik ibu mengalami perubahan. Rasa lelah luar biasa dirasakan ibu apalagi jika tanpa bantuan dari keluarga di sekitarnya, untuk itu penting memberi dukungan pada ibu pascamelahirkan.
“Ibu bahagia, maka bayi sehat, tidak ada ibu yang sempurna. Hanya ibu yang mau menjalani semua proses kehamilan hingga kelahiran,” tandasnya.