Ikhbar.com: Perusahaan riset Populix merilis laporan berjudul “Indonesian Gen-Z & Millennial Marriage Planning and Wedding Preparation.” Berdasarkan survei tersebut, sebesar 58% generasi milenial dan Z mengaku telah memiliki rencana untuk menikah, tetapi tidak dalam waktu dekat. Sementara 23% mengatakan belum atau tidak memiliki rencana menikah.
“Mereka menganggap 25-30 tahun sebagai usia ideal untuk menikah. Menariknya, sebagian gen-Z memiliki keinginan untuk menikah di usia yang lebih muda, yaitu 20-25 tahun, dibandingkan milenial yang merasa bahwa 30-35 tahun masih menjadi usia yang ideal untuk menikah,” ujar Co-Founder dan COO Populix, Eileen Kamtawijoyo lewat keterangan yang dikutip pada Sabtu, 4 Maret 2023.
Survei yang melibatkan 1.087 responden laki-laki dan perempuan yang didominasi milenial dan gen-Z lajang itu menyatakan bahwa waktu ideal yang dibutuhkan dalam mempersiapkan pernikahan adalah selama tiga sampai enam bulan.
Baca: Hukum Melangsungkan Pernikahan Jelang Ramadan, Ada Solusi Agak ‘Nakal’
Persiapan yang harus dilakukan tersebut antara lain memiliki tabungan khusus untuk pernikahan sebanyak 83% responden, memilih tanggal pernikahan yang disetujui semua pihak (69), menentukan konsep acara pernikahan (64), melakukan riset terkait acara pernikahan (63), melakukan konseling pranikah (62), melakukan check-up pranikah (59), dan membeli atau mencicil tempat tinggal (56).
Sementara itu, generasi milenial dan Z menempatkan penghulu/pendeta/petugas pengesah pernikahan (26) dan mahar (21) sebagai hal utama yang perlu diprioritaskan dalam mempersiapkan pernikahan. Disusul tempat/venue pernikahan (9), wedding organizer (7), makeup artist (6), katering (6), baju pernikahan dan aksesoris (5), dokumentasi (4), seserahan (4), dan undangan pernikahan (3).
Mayoritas responden juga menginginkan konsep pernikahan modern (41), diikuti dengan konsep pernikahan adat (30), dan pernikahan dengan konsep keagamaan (20).
Mereka yang memilih sebuah ballroom/function room untuk pernikahan sebesar 44% atau taman (30), dengan estimasi 50-300 undangan hadir secara langsung. Generasi milenial dan Z juga berencana untuk menggunakan biaya sendiri bersama pasangan, dengan estimasi biaya yang dikeluarkan mulai dari Rp10 juta hingga Rp100 juta.
Selanjutnya, dalam memilih tanggal pernikahan, sebanyak 85% responden mengutamakan kesepakatan dengan pasangan dan keluarga. Selain itu, hal lain yang juga turut menjadi bahan pertimbangan adalah tanggal baik menurut adat/agama (61), menyesuaikan dengan ketersediaan tempat/venue pernikahan (47), ketersediaan vendor tertentu seperti fotografer dan makeup artist (38), serta berdasarkan tanggal penting menurut calon pengantin (36).
“Mayoritas responden mengatakan ingin menggunakan jasa wedding organizer untuk membantu proses perencanaan dan mengurus keberlangsungan acara di hari pernikahan mereka,” kata Eileen.
Beberapa hal yang turut dipertimbangkan generasi milenial dan Z dalam memilih vendor adalah harga yang ditawarkan (80), pengalaman yang dimiliki vendor (69), paket yang disediakan (66), komunikasi dengan vendor (58), dan rekomendasi dari teman/keluarga (49). Sedangkan hal yang membuat masyarakat enggan untuk menggunakan jasa wedding organizer adalah tidak merasa membutuhkan jasa wedding organizer (36), keterbatasan biaya (29), dan merasa mampu mengurus pernikahan tanpa bantuan wedding organizer (29).
“Meskipun mayoritas generasi milenial dan Z sudah memiliki rencana untuk menikah, baik dalam waktu dekat maupun di masa depan, terdapat juga 23 persen di antara mereka yang belum atau tidak memiliki rencana untuk menikah,” jelas dia.
Mereka yang beralasan ingin fokus berkarier sebesar 57%, keinginan untuk menikmati kehidupan pribadi di luar karier seperti hobi dan keluarga (53), belum menemukan pasangan yang tepat (44), serta kepuasan dengan kehidupan saat ini (11).