Ikhbar.com: Sebuah studi yang dipublikasikan di Frontiers, pada 27 Juni 2024, mengungkapkan adanya hubungan antara kebiasaan menonton video pendek dan fungsi perhatian serta pengendalian diri. Dalam temuan tersebut, individu yang sering terpapar video pendek cenderung mengalami gangguan pada fokus dan kontrol diri mereka.
Para peneliti mencatat bahwa, meskipun media sosial memiliki keuntungan tersendiri, dampak buruk dari menonton video pendek secara berlebihan dapat mengganggu fungsi kognitif otak.
Dalam penelitian sebelumnya yang melibatkan remaja, ditemukan bahwa penggunaan ponsel yang berlebihan, termasuk menonton video pendek, dapat menyebabkan isolasi sosial, dan memengaruhi keterampilan interpersonal yang sehat.
Baca: Tak Pernah Posting Video, 48% Orang Dewasa Gunakan TikTok hanya untuk ‘Ngintip’
Para peneliti dari Zhejiang University dan Hangzhou City University, Cina, menganalisis data electroencephalogram (EEG) dari 48 peserta berusia antara 18 hingga 65 tahun, yang tidak memiliki riwayat gangguan saraf atau penyakit mental. Mereka juga memastikan bahwa peserta tidak menggunakan narkoba dalam sebulan terakhir.
Hasil analisis menunjukkan bahwa pengguna video pendek yang kecanduan ponsel mengalami defisit perhatian yang lebih besar saat menonton video tersebut, dan kesulitan dalam mempertahankan konsentrasi. Penelitian ini juga menemukan adanya korelasi negatif yang signifikan antara kecanduan video pendek dan fungsi kontrol eksekutif di area frontal otak.
“Temuan ini menunjukkan bahwa kecenderungan yang lebih tinggi terhadap kecanduan video pendek dapat mengganggu kontrol eksekutif. Selain itu, kami mengidentifikasi korelasi negatif yang kuat antara kecanduan video pendek dan kemampuan pengendalian diri,” tulis mereka dalam Frontiers, dikutip pada Selasa, 10 September 2024.
Pakar Sosiologi Digital dari University of Southern California (USC) Dornsife, Dr. Julie Albright, mengemukakan bahwa kebiasaan menggulir video pendek di media sosial merupakan bentuk kecanduan.
Penelitian menunjukkan bahwa area otak yang terlibat dalam kecanduan sangat aktif pada individu yang menonton video yang dipersonalisasi, sehingga banyak yang kesulitan menghentikan kebiasaan tersebut.
Banyak ahli berpendapat bahwa platform seperti TikTok dapat memperpendek rentang perhatian anak-anak. Penelitian menunjukkan bahwa menonton video singkat menyulitkan anak-anak untuk terlibat dalam aktivitas yang tidak menawarkan kepuasan instan.
Baca: Medsos, Moderasi, dan Metafora Dunia Baru
“Serangan dopamin yang terus-menerus memperkuat penggunaan aplikasi seperti TikTok. Para dokter anak menggambarkan TikTok sebagai mesin dopamin,” jelas Dr. Albright, seperti dikutip dari Journal of Law & Technology.
Ia menambahkan, bahwa dampak negatif ini dapat mengganggu kemampuan anak-anak untuk mencapai tujuan jangka panjang dan fokus di sekolah, yang berpotensi menimbulkan masalah lebih luas.
Oleh karena itu, peneliti mengimbau orang tua dan pemerintah untuk menerapkan regulasi ketat, guna melindungi anak-anak dari kecanduan semacam ini.
“Merancang undang-undang yang ketat dan tunduk pada pengawasan bukanlah tugas yang mudah, terutama dalam lanskap digital yang terus berubah. Namun, ini adalah tanggung jawab yang perlu diambil,” pungkasnya.