Ikhbar.com: Hewan ternak berupa sapi mencukupi ibadah kurban untuk sebanyak tujuh orang. Ibnu Qudamah dalam Al-Mughni menegaskan praktik tersebut telah disepakati oleh keumuman ulama.
Kesepakatan itu berlandaskan pada sebuah hadis yang diriwayatkan Al-Hakim dalam Al-Mustadrak ala al shahihaini al hakim:
كُنَّا مَعَ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم فِيْ سَفَرٍ فَحَضَرَ النَّحْرُ فَاشْتَرَكْنَا فَيْ الْبَقَرَةِ عَنْ سَبْعَةٍ
“Kita bersama Rasulullah Muhammad Saw bepergian, kebetulan di tengah perjalanan hari raya Iduladha tiba. Akhirnya, kami membeli sapi untuk kurban tujuh orang.”
Dalam riwayat lainnya, Jabir bin Abdullah menyebutkan:
كُنَّا نَتَمَتَّعُ مَعَ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم بِالْعُمْرَةِ فَنذْبَح الْبَقَرَةَ عَنْ سَبْعَةٍ نَشْتَرِكُ فِيْهَا
“Kami haji tamattu’ (mendahulukan umrah dari pada haji) bersama Rasulullah Saw. Lalu kami menyembelih sapi dari hasil patungan sebanyak tujuh orang.” (HR. Muslim)
Imam Nawawi dalam Al-Majmu juga menjelaskan bahwa membeli hewan kurban dengan cara patungan itu diperbolehkan, baik dengan orang lain maupun keluarganya sendiri.
Baca: Bolehkah Mengganti Hewan Kurban dengan Uang?
Namun, penjelasan tersebut rupanya belum sepenuhnya menjawab rasa penasaran masyarakat. Pasalnya, mereka kerap menanyakan, “Bagaimana keadaan hewan kurban hasil dari patungan tersebut ketika di hari kiamat? Apakah tujuh orang yang berpatungan akan naik ke sapi yang sama?”
Pertanyaan itu lahir bukan tanpa sebab. Soalan itu muncul karena terdapat sebuah hadis, Rasulullah Saw bersabda:
اسْتَفْرِهُوا ضَحَايَاكُمْ، فَإِنَّهَا مَطَايَاكُمْ عَلَى الصِّرَاطِ
“Perbaguslah hewan kurban kalian, karena dia akan menjadi tunggangan kalian melewati shirath (jembatan di akhirat).” (HR. Ad-Dailami)
Menanggapi pertanyaan tersebut, ulama kharismatik, KH Bahauddin Nursalim atau Gus Baha menyarankan agar hewan kurban itu dihasilkan dari patungan bersama keluarga atau sanak saudara. Gus Baha melemparkan saranbtersebut berdasarkan referensi dari Mizan Al-Kubra Imam Malik.
“Alasannya sederhana, yakni agar besok di akhirat penunggang hewan kurbanya masih kerabat, bukan orang lain,” ujar Gus Baha, dikutip dari akun YouTube Kumparan Dakwah, Senin, 12 Juni 2023.
“Tidak kebayang istri kita yang kita ikutkan patungan sapi nanti bersamaan dengan pria lain di akhirat,” sambung Gus Baha sembari terkekeh.
“Bagaimana kalau besok barengan patungan, tetapi kita masih dihisab, maka kelamaan kita menunggunya,” pungkas Gus Baha.