Ikhbar.com: Bahasa Arab mengadopsi definisi berbeda dengan bahasa Indonesia, terutama terkait pengertian kalimat dan kata. Sederhananya, kalimat dalam bahasa Arab ialah kata dalam bahasa Indonesia.
Dalam Matan Al-Ajurumiyah, Syekh Abi ‘Abdillah Muhammad bin Muhammad bin Dawud As-Shanhaji membagi jenis-jenis kata sebagai berikut:
واقسامه ثلاثة اسم وفعل وحرف جاء لمعنى
“Jenis-jenis kata ada tiga, yaitu isim, fi’il, dan harf yang mengandung makna.”
Baca: Beda Istilah ‘Kalimat’ dalam Bahasa Indonesia dan Arab
Lebih lanjut, pengertian tersebut dijelaskan secara detail oleh Allah yarham KH Aqiel Siroj dalam Tarjamah Al-Ajurumiyah, Al-Zubdat al-Naqiyah sebagai berikut:
حد الاسم كلمة دلت على معنى في نفسها ولم تقترن باحد الازمنة الثلاثة وضعا
“Isim ialah kalimat (kata) yang menunjukkan makna tertentu secara mandiri dan tidak mengandung salah satu dari tiga keterangan waktu (lampau, kini, mendatang) berdasarkan asal penciptaannya.”
Contohnya seperti lafaz زيد (Zaid), عمرو (Amr), dan بكر (Bakr). Ketiganya diklasifikasikan sebagai isim karena mengandung makna tertentu, yakni nama bagi seseorang. Di samping itu, contoh-contoh tadi tidak dapat menunjukkan keterangan waktu dengan sendirinya, artinya tidak dapat dikatakan “telah Zaid”, “sedang Zaid”, atau “akan Zaid.” Dalam Bahasa Indonesia, isim dapat dipadankan dengan kata benda.
حد الفعل كلمة دلت على معنى في نفسها واقترنت باحد الازمنة الثلاثة وضعا
“Fi’il ialah kalimat yang menunjukkan suatu makna tertentu secara mandiri, dan mengandung salah satu dari tiga keterangan waktu (lampau, kini, mendatang), berdasarkan asal penciptaannya.”
Terdapat tiga macam keterangan waktu (zaman) dalam bahasa Arab, yaitu ماضي (madhi) yang berarti lampau, حال (hal) alias masa kini, dan استقبال (istiqbal) atau masa mendatang.
Namun, perlu diketahui, keterangan waktu yang terkandung di dalam fi’il bersifat inheren alias melekat di dalamnya, tidak mengambil bentuk berupa lafaz tambahan. Sebagai contoh lafaz قام yang berarti “ia telah berdiri.”
Pada dasarnya, contoh tersebut bermakna “berdiri.” Sedangkan keterangan waktu lampau yang ditunjukkan dengan makna “telah,” timbul dari pengaruh konstruksi lafaznya, yaitu فعل ماضي (fi’il madhi) atau fi’il yang menunjukkan keterangan waktu lampau.
Sebagai perbandingan, ketika قام yang merupakan fi’il madhi ditransformasikan menjadi فعل مضارع (fi’il mudhari), yakni lafaz يقوم (yaqumu), maka maknanya berubah menjadi “ia sedang berdiri,” atau dapat juga berarti “ia akan berdiri.” Makna dasar “berdiri” tak berubah, tetapi keterangan waktu yang mengiringinya berubah seiring kontruksi fi’il.
Bahasa Arab menciptakan fi’il mudhari dengan dua alternatif keterangan waktu, yaitu zaman hal (masa kini) atau istiqbal (masa mendatang). Penggunaan keduanya tergantung dari konteks kalimat. Bisa juga dibedakan dengan perangkat kata tambahan yang membuatnya menjadi spesifik zaman istiqbal. Misalnya didahului س (sa) atau سوف (saufa).
Selain fi’il madhi dan fi’il mudhari, terdapat juga fi’il amar yang berfungsi sebagai perintah. Contohnya lafaz قم (qum) yang bermakna “berdirilah.” Bila ditinjau dari aspek garis waktu, ketika seseorang mengucapkan kata tersebut, aktivitas “berdiri” belum dilakukan. Dengan kata lain, keterangan waktu yang dikandungnya ialah zaman istiqbal.
Baca: Definisi Kalam dari Berbagai Aspek, Lengkapnya Keterangan Kitab Nahu Kiai Aqiel Kempek
حد الحرف كلمة دلت على معنى في غيرها ولم تقترن باحد الازمنة الثلاثة وضعا
“Harf ialah kalimat (kata, dalam bahasa Indonesia) yang menunjukkan suatu makna tertentu apabila disandarkan kepada kalimat isim atau fi’il, dan tidak mengandung salah satu dari tiga keterangan waktu (lampau, kini, mendatang) berdasarkan asal penciptaannya.”
Contohnya seperti هل جاء زيد؟ (apakah Zaid telah berdiri?). Lafaz هل merupakan harf istifham yang berfungsi sebagai kata tanya. Dalam Bahasa Arab, lafaz ini tidak bisa menunjukkan makna bertanya apabila menyendiri alias dilepaskan dari susunan kalimatnya. Di samping itu, lafaz هل tidak bisa menunjukkan keterangan waktu.