Ikhbar.com: Bank Indonesia (BI) tengah menyiapkan empat program strategis untuk mendongkrak ekonomi syariah serta mewujudkan visi Indonesia sebagai pusat produsen halal terkemuka di dunia.
Hal itu diungkapkan Gubernur BI, Perry Warjiyo dalam acara Indonesia Sharia Economic Festival (ISEF) pada Rabu, 30 Oktober 2024.
Dalam kesempatan itu, ia menilai bahwa sinergi ekosistem ekonomi dan syariah nasional sangat penting untuk mewujudkan ekonomi yang inklusif, berdaya tahan, dan berkelanjutan.
“Empat program tersebut terdiri dari beberapa aspek. Pertama aplikasi Halal Traceability untuk memperkuat ekosistem jaminan produk halal. Aplikasi ini dibuat melalui pengembangan sistem informasi penelusuran bahan produk dari sisi hulu hingga ke tangan konsumen,” jelas dia dikutip dari Antara pada Jumat, 1 November 2024.
Baca: BI: Angka Literasi Ekonomi Syariah di Indonesia masih Rendah
Kedua, jelas Perry, yakni berupa penguatan ekosistem usaha syariah. Upaya tersebut akan dilakukan melalui program digitalisasi pondok pesantren.
“Hal itu mencakup digitalisasi sistem pembayaran, pemasaran, pelaporan unit bisnis, pencatatan keuangan, dan pengelolaan administratif pesantren,” katanya.
Ketiga, lanjut dia, yakni berupa inisiasi pengembangan produk Sharia Restricted Investment Account (SRIA). Ia menjelaskan, pengembangan tersebut untuk mendukung pembiayaan investasi perbankan syariah pada proyek-proyek spesifik.
“Yang keempat, yaini berupa strategi nasional literasi dan inklusi ekonomi dan keuangan syariah Indonesia. Ini sebagai upaya akselerasi peningkatan literasi dan inklusi ekonomi syariah secara kolaboratif dan komprehensif menggunakan pemodelan system dynamics secara holistik,” ujar Perry.
Sementara itu, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto menilai bahwa ekonomi syariah dan industri halal memiliki peran strategis. Khususnya dalam memperkuat ketahanan ekonomi Indonesia di tengah tantangan global.
“Dengan jumlah penduduk Muslim mencapai 87 persen, Indonesia sangat potensial untuk mengembangkan ekonomi syariah,” kata Airlangga.
Menurutnya, dalam State of The Global Islamic Economy (SGIEI) Report, pasar Islam Indonesia menempati posisi ke-3 terbesar di dunia pada 2023. Selain itu, kontribusi ekonomi syariah dalam produk domestik bruto mencapai 48,71%.
“Angka kontribusi syariah dalam produk domestik bruto itu juga berperan dalam mendukung pemberdayaan UMKM menjadi peluang bagi pengembangan ekonomi syariah,” katanya.
Untuk itu, Airlangga mendorong kemandirian ekonomi nasional, termasuk peran ekonomi syariah. Hal itu dibarengi dengan sinergi ekosistem ekonomi syariah yang lebih inklusif.
“Tujuannya yakni untuk pengembangan ekonomi syariah yang lebih luas dan berkontribusi dalam pertumbuhan ekonomi nasional,” tandasnya.