Teladan Gerakan Anak Muda dalam Sejarah Islam

Sejarah Islam dipenuhi kisah yang ditulis dengan darah, keringat, dan keberanian para pemuda.
Ilustrasi aksi damai yang dilakukan gen z. Olah Digital oleh IKHBAR

Ikhbar.com: Gerakan Generasi Z (Gen Z) yang turun ke jalan menyuarakan isu keadilan sosial dan melawan kezaliman kini menjadi fenomena global. Mereka memainkan peran penting, mulai dari memperjuangkan isu lingkungan di Eropa, memprotes kebijakan di Indonesia dan Nepal, hingga menunjukkan solidaritas untuk Palestina di berbagai belahan dunia.

Namun, semangat perlawanan ini sering dipandang sebelah mata. Banyak yang menilainya hanya sebagai “pemberontakan” khas usia muda yang minim arah, bahkan dianggap rawan berubah menjadi anarkisme. Padahal, jika ditelusuri dari perspektif sejarah dan agama, semangat ini justru memiliki akar yang kokoh dan makna mendalam.

Islam menempatkan generasi muda di garda terdepan perjuangan. Sejarah Islam dipenuhi kisah yang ditulis dengan darah, keringat, dan keberanian para pemuda.

Baca: Fikih Demonstrasi: Antara Kebebasan Bersuara dan Akhlak Massa

Masa muda dipandang sebagai puncak kekuatan fisik sekaligus idealisme. Rasulullah Muhammad Saw secara khusus memuji pemuda yang menyalurkan potensinya untuk ketaatan, termasuk dalam memperjuangkan kebenaran.

Nabi Saw bersabda:

سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمُ اللَّهُ فِى ظِلِّهِ يَوْمَ لاَ ظِلَّ إِلاَّ ظِلُّهُ… وَشَابٌّ نَشَأَ فِى عِبَادَةِ رَبِّهِ

“Ada tujuh golongan yang akan dinaungi Allah dalam naungan-Nya pada hari di mana tidak ada naungan selain naungan-Nya… (salah satunya adalah) seorang pemuda yang tumbuh dalam ibadah kepada Rabb-nya.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Perjuangan menegakkan kebenaran dengan demikian merupakan bagian dari ibadah yang melekat pada identitas pemuda Muslim.

Baca: Ayat-ayat Panduan Demonstrasi

DNA perjuangan

Jejak perjuangan pemuda terekam jelas sejak awal sejarah Islam. Kisah heroik Sayyidina Ali bin Abi Thalib menjadi salah satunya. Imam Ibnu Hisyam dalam As-Sirah An-Nabawiyyah menuturkan bagaimana Ali yang masih remaja mengambil peran paling berbahaya saat peristiwa hijrah.

Sahabat Ali rela tidur di ranjang Nabi Muhammad Saw demi mengelabui para pemuka Quraisy yang bersenjata lengkap. Peristiwa ini menjadi pelajaran tentang syaja’ah (keberanian), ketika seorang pemuda dilatih untuk tidak gentar menghadapi tirani demi kebenaran.

Jika Sayyidina Ali adalah simbol keberanian fisik, Mush’ab bin ‘Umair adalah teladan kekuatan diplomasi dan pengorbanan total. Imam Adz-Dzahabi dalam Siyar A‘lam an-Nubala menggambarkan Mush’ab sebagai pemuda bangsawan Quraisy yang tampan dan bergelimang kemewahan, tetapi rela meninggalkan semuanya demi dakwah.

Rasulullah Saw mengutusnya sebagai duta pertama ke Madinah. Mush’ab menunjukkan bahwa perjuangan menuntut bukan hanya pengorbanan materi dan status sosial, melainkan juga keluhuran akhlak dan kecakapan berdialog untuk membuka hati masyarakat.

Spirit perjuangan tidak padam sepeninggal Rasulullah Saw. Generasi sahabat muda seperti Abdullah bin Zubair memikul tanggung jawab sejarah.

Imam Ath-Thabari dalam Tarikh Ar-Rusul wa Al-Muluk mencatat konsistensinya dalam melawan penyimpangan penguasa Bani Umayyah. Abdullah bin Zubair menjadi motor penggerak perubahan politik sekaligus pengontrol sosial.

Potensi pemuda juga tampak dalam kepemimpinan peradaban. Berabad-abad kemudian, Muhammad al-Fatih menjadi bukti bahwa visi besar bisa diwujudkan oleh generasi muda.

Dalam catatan sejarah Utsmani yang ditulis Franz Babinger (1978) dalam Mehmed the Conqueror and His Time, disebutkan bahwa pada usia 21 tahun Al-Fatih berhasil menaklukkan Konstantinopel.

Kisah Al-Fatih mematahkan anggapan bahwa pemuda hanya mampu “ikut-ikutan” dan membuktikan bahwa generasi muda dapat menjadi pemimpin visioner yang menggerakkan perubahan peradaban.

Baca: Daftar Sikap Bijak Khalifah Umar saat Didemo Rakyat

Prinsip perlawanan

Semangat perlawanan pemuda dalam Islam diikat oleh koridor syariat. Rasulullah Saw bersabda:

مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَرًا فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ، فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ، فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ، وَذَلِكَ أَضْعَفُ الْإِيمَانِ

“Barangsiapa di antara kalian melihat kemungkaran, hendaklah ia mengubahnya dengan tangannya (kekuasaan). Jika tidak mampu, maka dengan lisannya. Jika tidak mampu (juga), maka dengan hatinya. Dan itulah selemah-lemahnya iman.” (HR. Muslim).

Hadis ini menjadi legitimasi perjuangan sekaligus menegaskan bahwa cara mengubah kemungkaran harus tetap ma‘ruf (baik).

Ada dua prinsip yang perlu dijaga. Pertama, perjuangan tidak boleh melahirkan kerusakan. Aksi anarkis, perusakan fasilitas publik, penjarahan, atau melukai orang yang tidak bersalah bertentangan dengan Al-Qur’an.

Allah Swt berfirman:

وَلَا تُفْسِدُوْا فِى الْاَرْضِ بَعْدَ اِصْلَاحِهَا

“…Janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi setelah diatur dengan baik…” (QS. Al-A‘raf: 56).

Kedua, perjuangan harus mengedepankan adab dan dialog. Mush’ab bin Umair menjadi contoh dakwah yang santun. Bahkan Nabi Musa As diperintahkan berbicara lembut kepada Fir‘aun, simbol puncak tirani.

Allah Swt berfirman:

فَقُوْلَا لَهٗ قَوْلًا لَّيِّـنًا لَّعَلَّهٗ يَتَذَكَّرُ اَوْ يَخْشٰى

Berbicaralah kamu berdua kepadanya (Fir‘aun) dengan perkataan yang lemah lembut, mudah-mudahan dia sadar atau takut.” (QS. Taha: 44).

Kekerasan dan caci maki hanya akan menutup pintu hidayah serta mencederai kemurnian perjuangan.

Baca: Bendera One Piece di Bawah Merah Putih: Telaah Fikih Kebangsaan di Era Kritik Simbolik

Spirit perlawanan dalam konteks masa kini

Gen Z memiliki modal sosial yang berbeda dari generasi sebelumnya: daya kritis, literasi teknologi, dan keterhubungan global. Media sosial menjadi sarana efektif untuk menggalang solidaritas dan menyebarkan pesan kebenaran dalam hitungan detik.

Sejarah Islam memberi cermin bahwa perubahan besar selalu dimotori pemuda dengan visi, keberanian, dan pengorbanan. Tantangan terbesar bagi Generasi Z Muslim saat ini adalah mengarahkan energi perlawanan agar tetap berada dalam koridor syariat dan etika perjuangan.

Perlawanan terhadap kezaliman adalah warisan para Nabi dan pemuda saleh. Namun, agar perjuangan tidak kehilangan arah, niat dan cara harus tetap suci, sehingga nilai-nilai keadilan yang diperjuangkan tidak berubah menjadi ketidakadilan baru.

Ikuti dan baca artikel kami lainnya di Google News.