Dari Puisi ke Kaligrafi: Mendalami Makna Spiritual Pameran Pushkin dan Al-Qur’an di Moskow

Yang membuat pameran ini unik adalah transformasi puisi Pushkin menjadi 33 karya kaligrafi oleh 11 seniman dari Pusat Seni Kaligrafi “From Aza To Izhitsa”.
Pengunjung mengamati naskah dan kaligrafi di Pameran Pushkin–Al-Qur’an, Masjid Katedral Moskow. Foto: Amy

Oleh: Amy Maulana (Ketua Tanfidziyah PCINU Rusia)

Pameran “From the Heavenly Book a List Given...” yang digelar di Masjid Katedral Moskow merupakan pertemuan dua warisan budaya agung: sastra Rusia dan spiritualitas Islam. Pada peringatan 200 tahun “Imitations of the Quran” karya sastrawan ternama Rusia, Alexander Pushkin, pameran ini mengungkap dialog lintas budaya yang telah berlangsung selama dua abad.

Pakar sastra Rusia dari Institut Sastra Dunia Maxim Gorky, Dr. Ivan Petrov, menjelaskan bahwa ketertarikan Pushkin pada Al-Qur’an bukanlah fenomena terpisah. Ia menilai bahwa pada 1820-an, Rusia sedang mengalami gelombang ketertarikan pada dunia Timur. Namun, menurutnya, Pushkin melampaui sekadar romantisme oriental karena mencari kebenaran universal dalam ayat-ayat Al-Qur’an.

Proses kreatif Pushkin saat menulis “Imitations of the Quran” disebut berlangsung selama masa pengasingannya di Mikhailovskoye (1824–1826). Petrov menambahkan bahwa dalam kesendiriannya, Pushkin justru menemukan kebebasan spiritual, serta bahwa enam puisi dalam siklus tersebut bukan terjemahan, melainkan interpretasi puitis yang merefleksikan pencariannya akan makna ketuhanan.

Kaligrafi sebagai interpretasi kontemporer

Yang membuat pameran ini unik adalah transformasi puisi Pushkin menjadi 33 karya kaligrafi oleh 11 seniman dari Pusat Seni Kaligrafi “From Aza To Izhitsa“. Alfiah Rakhmatulina, kurator pameran, menjelaskan bahwa proses kreatifnya membutuhkan penelitian mendalam untuk menghubungkan setiap bagian puisi dengan tradisi kaligrafi Islam, serta menilai bahwa setiap goresan pena mengandung makna spiritual.

Kaligrafi interpretasi Imitations of the Quran karya Pushkin di Pameran Pushkin–Al-Qur’an, Masjid Katedral Moskow. Foto: Amy

Seniman kaligrafer ternama sekaligus pemimpin proyek ini, Alfiah Tahmatulina, mengungkapkan bahwa menghubungkan puisi Rusia abad ke-19 dengan seni kaligrafi Islam merupakan tantangan tersendiri. Ia menyatakan menggunakan teknik naskh dan tsuluts dengan sentuhan kontemporer untuk menghidupkan kata-kata Pushkin.

Warisan sejarah dalam benda-benda langka

Pameran ini menampilkan harta karun sejarah yang jarang dipamerkan secara bersamaan. Yang paling istimewa adalah Al-Qur’an cetakan 1821 dari Asian Printing House, Kazan, yang sezaman dengan Pushkin. Selain itu, ada Al-Qur’an pertama era Soviet tahun 1918 yang mencerminkan kompleksitas hubungan negara dengan agama saat itu. Terdapat juga edisi cetak ulang langka Al-Qur’an Catherine yang Agung (1787–1789) yang menjadi bukti pengakuan resmi kekaisaran terhadap Islam.

Prof. Dr. Damir Mukhetdinov, Rektor Moscow Islamic Institute, menekankan pentingnya koleksi ini dengan menyatakan bahwa benda-benda tersebut menunjukkan Islam telah menjadi bagian integral dari sejarah Rusia selama berabad-abad, jauh sebelum era Pushkin.

Dialog lintas generasi dan budaya

Yang menarik, pameran ini juga menampilkan karya “Mimesis” karya Nikolai Danilevsky, cicit Pushkin. Maria Golovina, kurator seni modern, menilai bahwa hal itu menunjukkan warisan spiritual Pushkin terus mengalir dalam generasi penerusnya.

Mufti Ravil Gainutdin dalam sambutannya menekankan bahwa pameran ini tidak hanya tentang masa lalu, tetapi juga tentang bagaimana warisan budaya dapat membangun jembatan pemahaman pada masa kini.

Dampak dan kelanjutan

Pameran yang merupakan bagian dari proyek “The Heritage of Islam in Russian Museums” ini rencananya akan berkeliling ke beberapa kota di Rusia, termasuk Kazan dan Saint Petersburg. Alfiah Rakhmatulina menutup pernyataannya dengan harapan bahwa inisiatif semacam ini dapat memperkaya dialog antaragama dan budaya di Rusia.

Para pengunjung tidak hanya menyaksikan keindahan seni, tetapi juga mengalami perjalanan spiritual dan intelektual yang menunjukkan bagaimana warisan budaya dapat menjadi jembatan penghubung yang abadi, melampaui batas waktu dan keyakinan.

Kami mengundang para pembaca yang budiman untuk menyumbangkan buah pikirannya melalui kanal ‘Risalah dan Opini.’ Kirimkan tulisan terbaik Anda melalui email redaksi@ikhbar.com

Ikuti dan baca artikel kami lainnya di Google News.