Oleh: Agung Firmansyah, M. Hum (President Director Ikhbar.com)
BAHASA adalah alat utama yang digunakan manusia untuk berkomunikasi, mempertukarkan informasi, menyampaikan perasaan, dan membangun hubungan sosial. Atas dasar itu pula, dalam ilmu mantik, manusia didefinisikan sebagai hayawan an-natiq atau hewan yang mampu berbicara.
Dalam kehidupan sosial, bahasa acap kali menjadi parameter kualitas baik-buruknya perilaku sosial seseorang. Demi menjaga keharmonisan dalam hubungan sosial itu, Islam memberikan rambu-rambu terkait sensitivitas berbahasa.
Lewat QS. Al-Isra: 23, misalnya, seorang anak tidaklah patut untuk berkata “uffin” kepada orang tuanya.
Dalam Tafsir Al-Qurthuby, Abu ‘Abdullah Muhammad bin Ahmad bin Abu Bakr Al-Anshari menukil pernyataan Abu Raja Al-Utharidi yang mengatakan bahwa, “uffin adalah ucapan yang buruk lagi kasar.”
Uffin adalah sedikit contoh dari ungkapan-ungkapan yang menabrak batas sensitivitas bahasa. Ungkapan serupa tidak hanya berasal dari kata atau kalimat yang secara teknis diniatkan untuk perkataan buruk, melainkan juga dapat timbul dari ungkapan yang secara teknis bersih, akan tetapi secara konteks sosial dapat menimbulkan masalah.
Oleh sebab itu, sensitivitas bahasa juga perlu melibatkan pemahaman dan penghormatan terhadap nuansa dan konteks sosial, politik, dan budaya yang terkait dengan bahasa yang digunakan.
Dalam beberapa bahasa daerah di Indonesia dikenal adanya strata bahasa. Dalam bahasa Sunda, misalnya, ada bahasa halus dan kasar. Pemilihan dan penggunaan dua jenis bahasa tersebut pads umumnya dengan memperhatikan siapa si lawan bicara.
Sebagai contoh, kata “maneh” dalam bahasa Sunda setara dengan kata “kamu” dalam bahasa Indonesia, bukan setara dengan kata “Anda”. Secara teknis, kata “maneh” digunakan untuk lawan bicara yang setara secara sosial dan usia, atau di bawahnya.
Maka, kata tersebut tak pantas ditujukan kepada orang yang dihormati secara sosial atau ditujukan kepada orang yang lebih tua usianya.
Ketidakpekaan terhadap sensitivitas bahasa dapat menimbulkan misinterpretasi, kesalahpahaman, atau bahkan konflik antar individu atau kelompok.