Ikhbar.com: Ali bin Abi Thalib dan Fatimah Az-Zahra adalah dua kekasih Nabi Muhammad Saw. Ali ialah sepupu sekaligus menantu Rasulullah, sedangkan Fatimah adalah putri Nabi yang kemudian dinikahkan dengan Ali.
Keromantisan Ali dan Fatimah menjadi kisah yang kerap dipotret sejarawan Muslim. Ibnu Hisyam, dalam Sirah Nabawiyah-nya, misalnya, menceritakan bahwa suatu hari di waktu sahur, Ali dan Fatimah sedang asyik bergurau. Namun, tiba-tiba, Rasulullah Saw datang menghampiri keduanya.
Rasulullah mengunjungi putri dan menantunya itu tanpa terlebih dulu mengirim kabar. Sesampainya di muka rumah, Nabi mendengar gelak tawa keduanya. Rasulullah pun mengetuk, Ali dan Fatimah pun langsung terdiam.
Usai dibukakan pintu oleh Sayidah Fatimah, Nabi bertanya, “Tadi dari luar aku dengar kalian tengah asyik bersenda gurau. Lantas kenapa tiba-tiba terdiam?”
“Ayah,” jawab Fatimah, “Kata suamiku, engkau lebih menyayanginya dari pada aku. Aku tak percaya, dan aku katakan kepadanya bahwa aku lebih engkau sayangi.”
Nabi tersenyum. Mafhum atas kebahagiaan yang sedang merasuk ke benak kedua kekasihnya itu.
“Wahai putriku, engkaulah yang lebih aku sayangi. Sedangkan Ali kedudukannya lebih mulia dibanding dirimu di sisiku,” jawab Nabi.
Ali bin Abi Thalib dan Rasulullah memang memiliki ikatan istimewa. Sejak awal masa kerasulan, putra pamannya itu menjadi pengikut pertama mewakili golongan pemuda. Bahkan, dalam sebuah hadis yang diriwayatkan Imam Tirmidzi, Nabi bersabda:
أنا مَدِينَةُ العلمِ وعليٌّ بابُها فمَنْ أرادَ المدينةَ فَلْيَأْتِها من قِبَلِ البابِ
“Saya adalah kota ilmu dan Ali adalah pintunya. Maka barang siapa yang menginginkan ilmu, hendaklah mendatanginya dari arah pintunya.”
Sayidina Ali merupakan khalifah keempat Khulafa ar-Rasyidin setelah wafatnya sahabat Utsman bin Affan. Oleh para ulama tasawuf, nama Ali bin Abi Thalib selalu diakhiri dengan karramallahu wajhah, yang mengandung makna doa “Semoga Allah SWT memuliakan wajahnya (Ali).”