Ikhbar.com: Friedrich Silaban, seorang jenius yang memenangkan sayembara desain arsitektur Masjid Istiqlal ialah Kristen taat sekaligus putra seorang pendeta. Ia lahir di Bonan Dolok, Sumatra Utara pada 16 Desember 1912. Saat mengirimkan blueprint masjid yang ia buat, ia menggunakan nama samaran “Ketuhanan”.
Nama Silaban kian terkenal usai masjid kebanggaan umat Islam di Indonesia itu dibuka untuk umum pada 22 Februari 1978.
Turut menjadi peserta sayembara pembangunan masjid dengan statusnya yang Nasrani, tentu bukan perkara mudah. Ia mengalami konflik batin saat memulai untuk mendesain. Bahkan, ia terus berdoa hingga berkonsultasi dengan Uskup Bogor, Monsieur Geise.
Dalam merancang bangunan Istiqlal, Silaban mengusung gagasan yang sejalan dengan semangat keislaman dan kemerdekaan. Visi-misi itu tercermin dalam tema proyek dengan nama ‘istiqlal’, yang berarti merdeka.
Dalam mendesain, Silaban terpengaruh arsitektur modern. Tetapi, istimewanya, ia tetap mempertahankan ciri khas arsitektur Timur Tengah yang sedang populer pada masa itu, seperti kubah dan menara. Pilihan tersebut tidak semata-mata untuk tujuan estetika, tetapi juga untuk mengekspresikan nilai secara filosofis.
Dalam Arsitektur Modern (2006), Sumalyo menyebutkan bahwa arsitektur modern dipengaruhi gagasan modernisme yang diperkenalkan Rene Descartes, seorang filsuf Perancis yang dianggap sebagai Bapak Filsafat Modern.
“Ia percaya bahwa kemampuan rasio adalah kunci kebenaran pengetahuan dan kebudayaan modern,” tulis dia, dikutip Selasa, 21 Februari 2023.
Kelahiran arsitektur modern mengusung sejumlah prinsip yang menjadi karakteristiknya. Pertama, melawan penggunaan bentuk-bentuk sejarah (historicizing); kedua, arsitek harus mengekspresikan semangat pada jamannya; ketiga, bangunan harus menghindari referensi dari masa lalu dan kembali kepada bentuk-bentuk murni dari ide-ide dan konsep.
Kemudian, keempat, modern harus bersifat logis, murni, jujur, serta bebas dari kebohongan; kelima, arsitektur yang memperhatikan fungsi, sistem bangunan, dan struktur. Ketiga faktor ini menentukan bentuk dan fasad bangunan. Terakhir, bentuk-bentuk geometri murni dihasilkan dengan memanfaatkan kemajuan teknologi dan sains.
Arsitektur modern dibagi menjadi beberapa langgam yang memiliki ciri khas masing-masing. Langgam-langgam tersebut antara lain: Kubisme, Futurisme, Rasionalisme, De Stijl, Bauhaus, Minimalisme, Brutalisme, dan Strukturalisme.
“Ditinjau dari elemen-elemen arsitektur Masjid Istiqlal seperti ruang, bukaan, atap dan bentuk bangunan, arsitektur Istiqlal memenuhi kriteria empat arsitektur modern, yaitu form follow function, geometri murni, bentuk sederhana dan bentuk baru lepas dari ‘historic styles,” tulis Rahil Muhammad Hasbi, dalam Pengaruh Arsitektur Modern Pada Desain Masjid Istiqlal (2019).
Dengan menganalisis delapan elemen arsitektur, yaitu, bentuk bangunan, atap, kubah dan menara, jendela atau ventilasi, pintu, ruang, skala, dan kesan. Dia menyimpulkan bahwa Istiqlal memenuhi ciri khas langgam rasionalist dan brutalisme.
Menurutnya, bentuk bangunan merupakan bentuk-bentuk geometri murni yang sederhana dan tetap memaksimalkan fungsi. Penggunaan ornamen-ornamen sederhana yang tidak hanya untuk mempercantik, tetapi tetap memiliki fungsi sesuai dengan kaidah ‘form follow function’ dan ‘less is more’.
Penggunaan material, lanjut dia, juga dengan pertimbangan yang logis dan penggunaan yang jujur, tanpa polesan, tetap mempertahankan warna material alami.
“Penggunaan warna pada bagian lain juga senada dengan warna material utama yang mengesankan bangunan ini sebagai bangunan yang monumental, menonjol dan berat,” pungkas Rahil.