Ikhbar.com: Setiap bangsa melahirkan produk budaya yang berbeda. Penciptaan karya peradaban yang beragam itu dipengaruhi banyak faktor, di antaranya adalah tradisi, norma, iklim dan geografis, serta ajaran agama yang berlaku di dalamnnya.
Keberagaman produk budaya itu pun mencakup segala aspek, seperti bentuk bangunan atau seni arsitektur, karya tulis, termasuk juga pakaian.
Syekh Khalil ‘Abdul Karim dalam Syadw ar-Rababah bi Ahwal Mujtama‘ ash-Shahabah menyebutkan bentuk pakaian yang digunakan masyarakat di jazirah Arab masa Rasulullah Muhammad Saw bergantung atau menyesuaikan waktu dan tempatnya.
“Bentuk pakaian laki-laki maupun perempuan yang digunakan di wilayah tertentu, pada kurun waktu tertentu, bagian dari cermin untuk mengukur tingkat peradaban masyarakatnya,” tulis dia.
Menurut Syekh Khalil, di dalam masyarakat bada’iy (terpencil/pelosok), jenis pakaian yang berkembang berukuran lebar dengan corak yang polos.
Sedangkan keumuman model pakaian yang dikenakan kaum perempuan di Kota Mekkah dan Madinah berukuran lebar dan tidak bersimpul.
Setidaknya ada empat jenis pakaian yang biasa dikenakan kaum perempuan di masa itu, yakni;
Petama, Al-Marth atau pakaian tanpa jahitan atau semacam selendang besar.
‘Aisyah, istri istri Rasulullah Saw berkata, “Ketika Rasulullah Saw hendak (mengimami) salat Subuh, maka perempuan-perempuan berangkat (ke masjid) dengan berselimut al-marth, mereka tidak dikenal karena petang.” (HR. Malik bin Anas).
Kedua, Ad-Dir, yaitu kain dengan bagian tengah berlubang dengan jahitan di sisi kanan dan kiri.
Ad-dir dilengkapi dengan celah tanpa jahitan yang digunakan untuk memasukkan lengan ketika hendak mengenakannya.
Ketiga, Qamish. Pakaian ini memiliki bentuk yang mirip dengan Ad-dir. Syekh Rajab Ibrahim dalam al-Mu‘jam al-‘Arabi li Asma` al-Malabis menjelaskan pakaian jenis ini terpengaruh dari kebudayaan Romawi dan Perancis.
Keempat, Al-Khimar, yaitu kain yang digunakan untuk menutup kepala. Khimar terdiri dari dua jenis, yakni sadzij (polos), dan mashbugh, atau khimar berwarna karena dicelup dengan warna atau minyak.
Dalam hadis diceritakan bahwa ‘Aisyah pernah menggunakan khimar yang dicelup Za‘faran atau zaffron. (HR. Ibnu Majah).
Kelima, Al-Izar, yaitu pakaian yang tidak dijahit dan dipakai untuk menutup bagian bawah tubuh.
Al-Izar bisa dilengkapi dengan mengenakan Ar-rida untuk menutup bagian atas.