Ikhbar.com: Sejumlah perempuan dari 190 negara menjadikan tanggal 1 Februari sebagai World Hijab Day atau Hari Hijab Sedunia. Mereka merayakannya melalui berbagai diskusi, kampanye, hingga sekadar memposting foto maupun menyemarakkan tanda pagar (tagar) #WorldHijabDay di media sosial.
Peringatan tersebut pertama kali dirayakan di New York, Amerika Serikat (AS) pada 2013. Sang penggagas, Nazma Khan, merasa berkepentingan untuk menjadikan hijab sebagai simbol kebebasan dan antidiskriminasi.
Dilansir dari worldhijabday.com, semangat Nazma muncul ketika ia mengingat pengalamannya mengalami diskriminasi karena mengenakan hijab. Nazma merupakan imigran asal Bangladesh yang menjadi satu-satunya perempuan berhijab di sekolahnya.
Menurut Nazma, perundungan yang ia terima tidak cuma terjadi ketika belajar di sekolah dasar. Namun juga sampai ia menyandang status sebagai mahasiswi di sebuah perguruan tinggi.
Saat masih berusia 11 tahun, dia sering kali sering kali diledek teman sekelasnya dengan sebutan “Ninja” atau “Batman”. Di bangku kuliah, bukannya usai, ia malah kerap merasa terpojok karena sering dihubung-hubungkan dengan teror peristiwa 11 September.
“Itu mengerikan. Saya pikir satu-satunya cara untuk mengakhiri diskriminasi adalah jika kami meminta saudara perempuan kami untuk mengenakan jilbab juga,” tulis Nazma.
Atas gagasan itulah, Nazma mulai mengkampanyekan penggunaan hijab dengan menawari banyak perempuan lain untuk turut mencoba memakainya, meskipun dengan latar belakang agama dan tradisi yang berbeda.
Peringatan Hari Hijab Sedunia itu pun kemudian menjadi rutinitas tahunan. Banyak komunitas muslim dari wilayah lain yang merasa terpanggil untuk menemani Nazma dalam memperjuangkan kebebasan berhijab.
Selain berbagi model hijab, Nazma dan sejumlah komunitas menyebarkan pendapatnya mengenai pentingnya mengenakan hijab. Menurut mereka, anjuran menutup aurat dalam Islam bukanlah sebuah bentuk pengekangan. Sebaliknya, jilbab adalah simbol kemerdekaan.
Oleh Nazma, hijab juga diposisikan sebagai penanda solidaritas.