Ikhbar.com: Salah satu hal yang paling dianjurkan dalam Islam sebelum memulai sebuah perjalanan adalah membaca doa. Lewat berdoa, seorang Muslim bisa memohon perlindungan dan keridaan Allah Swt selama dalam perjalanan.
Demikian disampaikan pemerhati dikih safar, Kiai M. Faizi, dalam Hiwar Ikhbar bertema “Fikih Lalu Lintas: Tertib dan Aman di Perjalanan,” pada Sabtu, 6 Mei 2023.
“Selain itu, berdoa juga merupakan ikhtiar bagi seseorang yang telah menganggap sebuah perjalanan harus dipersiapkan dengan baik,” kata Kiai Faizi, sapaan akrabnya.
Sayangnya, lanjut penulis Safari: Buku Saku Perjalanan (2020) itu, banyak dari masyarakat Indonesia yang tidak terbiasa atau tidak memganggap penting sebuah perencanaan sebelum menempuh perjalanan. Belum lagi, kata dia, hal itu didukung oleh sistem yang kurang memberikan apresiasi terhadap sebuah persiapan.
“Misalnya, di Indonesia, orang yang akan bepergian (dengan angkutan umum) hari ini atau pun besok, itu tarifnya sama saja. Beda dengan di Eropa, ketika bepergian dari Jerman ke Italia misalnya, itu akan berbeda harga tiket atau biaya antara di saat rombongan, sendirian, dengan perencanaan sebulan sebelumnya, atau dengan cara go-show (pembelian tiket secara langsung),” ungkapnya.
Di sisi lain, perencanaan kian penting karena juga berkait-paut dengan keselamatan seseorang, sekaligus hak orang lain.
Kiai Faizi mencontohkan, orang yang akan bepergian dari Sumenep menuju Probolinggo di malam hari. Padahal, sebuah angkutan umum akan terpengaruh dengan tingkat kepadatan penumpang pada jam-jam tertentu.
“Jarak kedua kota itu, kalau ditempuh waktu siang memakan kurang lebih sembilan jam perjalanan, sedangkan malam hanya tujuh jam. Jadi, misal berangkat habis isya, atau jam 8 malam, maka akan sampai pukul 2 dini hari. Risikonya, di tempat tujuan tidak ada kendaraan penghubung, kondisi sepi, dan ini membahayakan. Belum lagi, misalnya, orang yang dituju sudah tidur atau beristirahat,” papar Kiai Faizi.
Kiai Faiz juga menganjurkan bahwa sebuah perjalanan harus ditimbang dengan matang berdasarkan skala prioritas. Dia menyarankan, seseorang yang hendak bepergian membuat semacam daftar coret berisi pertanyaan-pertanyaan sebagai bahan pertimbangan.
“Contohnya, apakah memang harus pergi hari ini? Apakah benar tidak bisa diwakilkan? Sepenting apa? Semendesak apa? Tujuannya, demi kenyamanan dan keselamatan,” katanya.
Dia menegaskan, membaca doa dibutuhkan demi mencukupi ikhtiar meraih keselamatan secara ruhani, sementara persiapan berhubungan dengan teknis. “Dan keduanya sangat penting, demi keselamatan, dan juga bisa demi kenyamanan orang lain,” kata Kiai Faizi.