Ikhbar.com: Istilah yang terdengar baru, “jam koma,” kian menjadi perbincangan hangat di kalangan Gen Z. Fenomena ini menggambarkan keadaan ketika seseorang mengalami kelelahan ekstrem akibat tekanan hidup yang berlebihan.
Jam koma adalah istilah populer untuk menggambarkan kondisi kelelahan fisik maupun mental akibat kurang tidur atau istirahat. Istilah ini sering digunakan untuk merujuk pada fase ketika seseorang merasa benar-benar tak berdaya, hampir seperti “terkapar,” tetapi terpaksa tetap terjaga karena tuntutan pekerjaan, studi, atau tekanan sosial lainnya. Kondisi semacam ini dapat dijelaskan secara ilmiah sebagai efek dari sleep deprivation atau kurang tidur kronis.
Baca: ‘Mindful Reading’ Al-Qur’an, Terapi Meraih Ketenangan
Penelitian dari American Psychological Association (APA) menyebutkan bahwa kurang tidur yang berkepanjangan menyebabkan penurunan signifikan pada fungsi kognitif, suasana hati, dan produktivitas.
Salah satu studi yang diterbitkan dalam jurnal Nature and Science of Sleep menunjukkan bahwa seseorang yang mengalami kurang tidur dalam waktu lama berisiko mengalami penurunan performa otak yang mirip dengan orang yang dalam keadaan mabuk. Kurang tidur secara terus-menerus juga meningkatkan risiko depresi, kecemasan, dan penyakit kronis lainnya.
Ilmuwan sekaligus profesor ilmu saraf dari Universitas California, Matthew Walker dalam Why We Sleep (2017) juga mengungkapkan bahwa kurang tidur tidak hanya memengaruhi kesehatan fisik dan mental, tetapi juga meningkatkan risiko kematian dini. Walker menekankan pentingnya tidur yang cukup sebagai fondasi kesehatan yang baik, dan menyebut bahwa budaya modern yang mendorong “hustle” atau bekerja terus-menerus tanpa istirahat adalah ancaman serius bagi kesejahteraan manusia.
Secara keseluruhan, jam koma bukan hanya fenomena sosial yang berkembang di kalangan anak muda, tetapi juga masalah kesehatan serius yang harus diwaspadai, terutama di era digital yang penuh tekanan.
Jam koma pun bukan sekadar masalah kurang istirahat. Lebih dari itu, kondisi ini menunjukkan adanya ketidakmampuan untuk menemukan keseimbangan antara tuntutan hidup modern dengan kebutuhan tubuh dan jiwa untuk beristirahat.
Ketika seseorang terjebak dalam siklus kelelahan, maka pikirannya tidak tenang, fokus menurun, dan emosi menjadi labil. Dalam kondisi seperti inilah, doa memiliki peran penting sebagai jalan untuk memohon pertolongan dari Allah Swt agar terhindar dari kelelahan dan gangguan pikiran yang menyesatkan.
Baca: Vibe Check ala Al-Qur’an, Tafsir QS. Ar-Ra’d Ayat 28
Doa menjaga fokus dan konsenstrasi
Di tengah hiruk-pikuk kehidupan modern, manusia sering kali dihadapkan pada situasi yang membuat pikiran dan jiwa tidak stabil.
Dalam Minhajul ‘Abidin ila Jannati Rabbil ‘Alamin, Imam Al-Ghazali menekankan pentingnya memohon perlindungan dari gangguan pikiran negatif. Imam Al-Ghazali merekomendasikan satu doa agar bisa fokus dan konsenstrasi saat mengerjakan satu urusan dengan redaksi sebagai berikut:
اَعُوْذُ بِكَ مِنْ هَمَزٰتِ الشَّيٰطِيْنِ ۙ. وَاَعُوْذُ بِكَ رَبِّ اَنْ يَّحْضُرُوْنِ
A‘ûdzubika min hamazâtis syayâtîn wa a‘ûdzubika rabbi ay yahdlurûn.
“Ya Tuhanku, aku berlindung kepada-Mu dari bisikan-bisikan setan. Dan aku berlindung (pula) kepada-Mu, ya Tuhanku, dari kedatangan mereka kepadaku.”
Doa tersebut berasal dari QS. Al-Mu’minun: 97-98. Allah Swt berfirman:
وَقُلْ رَّبِّ اَعُوْذُ بِكَ مِنْ هَمَزٰتِ الشَّيٰطِيْنِ ۙ. وَاَعُوْذُ بِكَ رَبِّ اَنْ يَّحْضُرُوْنِ
“Katakanlah, ‘Ya Tuhanku, aku berlindung kepada-Mu dari bisikan-bisikan setan. Dan aku berlindung (pula) kepada-Mu, ya Tuhanku, dari kedatangan mereka kepadaku.”
Doa ini penting dibaca guna menangkal fenomena jam koma karena mengandung makna perlindungan dari bisikan-bisikan setan yang dapat menggoyahkan ketenangan batin. Pasalnya, jam koma bukan hanya soal kelelahan fisik, tetapi juga kondisi ketika pikiran sering kali diserang oleh rasa gelisah, kecemasan, dan ketakutan yang berlebihan hingga membuat seseorang sulit berkonsentrasi, merasa tertekan, dan tidak mampu mengambil keputusan dengan jernih.
Imam Al-Ghazali menyatakan bahwa pikiran-pikiran negatif sering kali muncul sebagai bisikan setan yang menggoda manusia, terutama saat mereka berada dalam kondisi lemah, seperti kelelahan atau stres berat.
Di sisi lain, Syekh Ihsan Muhammad Dahlan Jampes, dalam karyanya Sirajut Thalibin ala Minhajil ‘Abidin, menjelaskan lebih jauh tentang doa ini. Syekh Jampes menyebut bahwa seseorang harus memohon perlindungan dari Allah Swt agar setan tidak menghampirinya dalam keadaan apapun, terutama saat-saat genting seperti salat, membaca Al-Qur’an, atau menjelang kematian.
Ketika seseorang berada dalam kondisi fisik dan mental yang tidak stabil, setan lebih mudah menggoda, dan pikiran negatif semakin sulit dikendalikan. Inilah alasan mengapa doa menjadi sangat penting sebagai benteng pertahanan diri.
Jam koma, meskipun tidak terkait langsung dengan ritual ibadah, tetap bisa dikategorikan sebagai kondisi rawan yang membutuhkan perlindungan spiritual. Pikiran yang tertekan dan lelah membuat seseorang lebih rentan terhadap gangguan setan yang ingin menjauhkan mereka dari ketenangan dan kebahagiaan.
Dalam konteks ini, berdoa bukan hanya sekadar meminta perlindungan, tetapi juga sebagai bentuk kesadaran bahwa ada kekuatan ilahi yang dapat membantu mengendalikan dan menenangkan pikiran.
Baca: Seperti Apa Tulisan ‘Gen Z’ dalam Bahasa Arab?
Doa kesehatan mental
Selain perlindungan dari gangguan setan, Rasulullah Muhammad Saw juga mengajarkan doa lain yang relevan untuk menjaga kesehatan mental, terutama ketika seseorang merasa terjebak dalam kebuntuan atau kelelahan mental.
Dalam Al-Adab al-Mufrad, Imam Bukhari meriwayatkan doa yang dibaca untuk memohon kesehatan dan kesejahteraan mental dengan redaksi sebagai berikut:
اللهُمَّ رَحْمَتَكَ أَرْجُوْ وَلَا تَكِلْنِي إِلَى نَفْسِي طَرْفَةَ عَيْنٍ أَصْلِحْ لِي شَأْنِي كُلَّهُ لَا اِلَهَ اِلَّا أَنْتَ
Allāhumma, rahmataka arjū, wa lā takilnī ilā nafsī tharfata ‘aynin, ashlih lī sya’nī kullahū, lā ilāha illā anta.
“Ya Allah, kepada rahmat-Mu kuberharap. Janganlah Kaubiarkan aku sendiri menyelesaikan urusan meski sekejap. Bawakanlah kemaslahatan pada segala urusanku. Tiada Tuhan selain Engkau.”
Doa ini memiliki makna yang mendalam. Manusia sering kali terjebak dalam perasaan untuk menyelesaikan semua masalah sendiri, tanpa bantuan dari siapa pun. Di tengah tekanan hidup modern, terutama di era digital atau ketika segala sesuatu bergerak begitu cepat, perasaan tertekan dan terbebani sering kali muncul.
Gen Z adalah generasi yang dicap paling sering menghadapi kondisi ini, dengan tuntutan hidup yang terus meningkat, mulai dari beban akademik, pekerjaan, hingga tekanan sosial di media digital.
Dalam situasi seperti ini, doa-doa tersebut menjadi solusi spiritual yang relevan. Manusia diingatkan untuk tidak terlalu mengandalkan kemampuan diri sendiri, tetapi memohon pertolongan dari Allah Swt yang memiliki kuasa atas segala urusan.
Baca: Teman Red Flag yang Wajib Dijauhi menurut Imam Al-Ghazali
Fenomena jam koma adalah cerminan dari kehidupan modern yang penuh tekanan. Kondisi ini tidak hanya memengaruhi fisik, tetapi juga mental dan spiritual. Doa menjadi solusi yang relevan untuk menjaga kesehatan mental dan menghindari gangguan pikiran yang muncul akibat tekanan hidup.