Ikhbar.com: Peringatan Haul Ke-13 KH Abdurrahman Wahid atau karib disapa Gus Dur berlangsung khidmat. Kekhidmatan itu bertambah dengan pembacaan doa oleh ulama kharismatik asal Cirebon, Jawa Barat, Buya KH Husein Muhammad.
Dalam acara yang digelar di Ciganjur, Jakarta, pada Sabtu, 17 Desember 2022 itu, Buya Husein mengawali doa dengan mukadimah berbahasa Arab. Setelahnya, Pengasuh Pondok Pesantren Dar al Fikr Arjawinangun itu dengan penuh khidmat membacakan doa sebagai berikut;
Ya Allah, Tuhan Yang Maha Pengasih, Yang Maha Penyayang
Kami mohon lindungi negara dan bangsa kami dari kekacauan dan dari segala petaka dan fitnah.
Anugerahi kami rasa aman, keimanan yang kokoh, kedamaian, dan keberkahan. Satukan hati kami untuk menegakkan kebenaran dan keadilan. Padamkan nyala api fitnah yang mencerai-beraikan persaudaraan kami. Tutuplah pintu petaka yang meluluh-lantakkan cinta di antara kami.
Ya Allah ya Tuhan kami, satu padukan hati dan langkah kami melawan segala bentuk kehendak yang akan meruntuhkan bangunan negara bangsa ini.
Wahai Allah, Tuhan Yang Maha Pengasih, bimbinglah para pemimpin bangsa kami menapaki jalan-Mu, jadikan Tanah Air dan rumah-rumah kami aman, damai, dan sentosa. Kabulkan cita-cita bangsa kami yang Engkau rela atasnya, dan jadikan hari-hari akhir kami selalu dalam amal-amal saleh.
Wahai Tuhan Alam Semesta, hari ini, tiga belas tahun yang lalu, hamba-Mu yang mencintai-Mu, dan yang kami cintai, Abdurrahman Wahid, telah pulang kembali ke haribaan-Mu, memenuhi panggilan-Mu. Kami hamba-hamba-Mu yang hadir di sini, memohon kepada-Mu, sayangi dia sepenuh dan seluruh kasih-Mu.
Jadikan tempat istirah abadinya berpendar cahaya, selamanya. Jadikan taman surgawi tempat abadinya itu dalam suasana riang, damai, dan tenang.
Wahai Allah Yang Maha Kasih, KH Abdurrahman Wahid adalah hamba-Mu yang tulus memenuhi ajakan-Mu agar mencintai semua ciptaan-Mu. Dia hamba-Mu yang selalu meminta kepada-Mu sepanjang hari, sepanjang malam, dan setiap embusan napas agar kami tak lagi bertengkar hanya karena keyakinan, pikiran, dan baju kami yang berbeda-beda. Agar kami damai, bersaudara, dan menjalin cinta dan kasih sayang, biar pun baju, jalan, dan cara hidup kami berbeda-beda.
Agar kami membangun negeri ini bersama-sama, meski dengan seluruh kebiasaan dan keberadaan kami yang berwarna-warni. Agar negeri ini selalu utuh, damai, diliputi keadilan, dan sejahtera lahir dan batin.
Wahai Tuhan, yang tak ada tuhan selain Engkau, meski dia telah tak lagi bersama kami, dia selalu ada dan dekat di hati kami. Dan kami selalu ingin bersamanya melanjutkan mimpi-mimpinya yang indah, bagi bangsa kami, dan negeri kami, yang kami cintai dan dicintainya.
Ya Allah, anugerahi kami kemampuan menjalankannya sepenuh dan seluruh hati kami.
Gus Dur wafat pada 30 Desember 2009. Peringatan kepulangan Gus Dur rutin dilakukan setiap tahun dengan mengundang sejumlah tokoh dan mengangkat tema-tema tertentu.
“Kali ini, temanya ‘Gus Dur dan Pembaharuan NU.’ Mengapa tema ini kami pilih? Karena saat ini kita sedang menyongsong abad kedua hijriyah NU,” kata putri sulung Gus Dur, Ny Hj Alissa Qatrunnada Wahid.
Acara dibuka dengan pembacaan selawat, kemudian dilanjutkan dengan pembacaan ayat suci Al-Qur’an oleh Ustaz Miqdar Zulfikar Basyaiban. Setelah itu, pembacaan tahlil dipimpin Katib ‘Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Ahmad Said Asrori yang diikuti secara daring di enam titik pondok pesantren yang menjadi lokasi Muktamar, Munas Alim Ulama, dan Konbes NU semasa kepemimpinan Gus Dur. Yakni, Pondok Pesantren (Ponpes) Sukorejo Situbondo, Ponpes Krapyak Yogyakarta, Ponpes Lirboyo Kediri, Ponpes Darussalamah Lampung Timur, Ponpes Bagu Nusa Tenggara Barat (NTB), dan Ponpes Cipasung Tasikmalaya.
Acara pun dilanjutkan dengan pidato Ketum PBNU KH Yahya Cholil Staquf. Disambung penampilan monolog dari putri bungsu Gus Dur, Inayah Wulandari Wahid, dan tausiah dari KH Ahmad Mustofa Bisri tentang inspirasi, pelajaran, dan keteladanan Gus Dur. Selain oleh Buya Husein, doa penutup juga dibacakan oleh Imam Besar Masjid Istiqlal, KH Nasaruddin Umar.