Ikhbar.com: Seorang Palestina Kristen yang kini tinggal di Washington, D.C., Khalil Sayegh, mengungkapkan keraguannya atas kebijakan Amerika Serikat (AS) di bawah kepemimpinan Donald Trump, dalam isu perdamaian di Palestina.
Mengutip dari Al Jazeera, Sayegh mencatat, komunitas Kristen Palestina merasa frustasi dengan pemerintahan AS di bawah Joe Biden, yang tidak cukup bertindak untuk menghentikan serangan Israel.
Hal ini menyebabkan banyak warga Arab-Amerika merasa kecewa dengan Partai Demokrat, dan membuat sebagian dari mereka mempertimbangkan kandidat lain yang lebih vokal dalam mendukung upaya gencatan senjata dan perdamaian.
Kembalinya Donald Trump ke panggung politik menambah lapisan kekhawatiran baru bagi rakyat Palestina, termasuk mereka yang tinggal di Gaza, dan diaspora Palestina di seluruh dunia.
Baca: Trump Janji Setop Serangan Israel ke Palestina
Sebelumnya, Trump berjanji akan menyetop serangan Israel ke Palestina. Janji tersebut ia ucapkan saat bertemu dengan atlet UFC asal Rusia, Khabib Nurmagomedov pada Juni 2024 yang lalu di New Jersey.
Bagi Sayegh, perjuangan rakyat Palestina kini melampaui sekadar gencatan senjata. Mereka menuntut pembebasan dari pendudukan, dan dekolonisasi wilayah mereka.
“Apa yang menjadi jelas dalam perang saat ini adalah, bahwa Anda tidak dapat berbicara tentang perdamaian dan kerja sama antara Israel dan Palestina, tanpa terlebih dahulu memberikan keadilan. Itu berarti mengakhiri pendudukan,” ujar Sayegh, dikutip dari Al Jazeera, pada Senin, 11 November 2024.
Baca: Kekalahan Kamala Harris Bukti Kesetaraan Gender di AS hanya ‘Omon-omon’?
Sebagai seorang aktivis, Sayegh bertekad memperjuangkan hak-hak Palestina sambil mempromosikan perdamaian.
Namun, ia mengakui bahwa keadaan saat ini sangat berat, terutama bagi komunitas Kristen kecil di Gaza, yang berjuang untuk bertahan hidup dalam situasi penuh ketidakpastian ini.