Ikhbar.com: Pertempuran tiada henti di Gaza, Palestina membuat banyak tentara Israel kian berpikir tentang keselamatan dirinya masing-masing. Tidak sedikit dari mereka memilih untuk membangkang ketika menerima perintah dari atasannya untuk berangkat ke medan pertempuran.
Fenomena konyol itu dimulai sejak akhir November 2023 lalu. Tepatnya, ketika dua perwira Israel dipecat karena dilaporkan melarikan diri bersama unit mereka dari medan perang di Gaza.
Teranyar, dilaporkan hampir setengah dari Batalion Hashomer juga menolak bertempur melawan Hamas. Hashomer adalah brigade cadangan yang baru dibentuk sekitar sebulan lalu secara diam-diam demi memenuhi jumlah tentara yang dibutuhkan dalam pertempuran.
“Pejuang cadangan yang dipanggil untuk berlatih sebelum pembentukan Brigade Hashomer memprotes keras kesenjangan dalam peralatan, profesionalisme, serta kurangnya prajurit. Mereka mengaku takut karena tidak melewati pelatihan yang serius,” lapor televisi Israel, KAN lewat program ‘Hazet Hayom,’ dikutip pada Kamis, 18 Januari 2024.
Baca: Tentara Israel mulai Stres
“Yang membuat mereka terkejut, mayor jenderal mengumumkan bahwa telah diputuskan untuk membawa batalion ke dalam Jalur Gaza tanpa persiapan,” bunyi laporan itu.
Seorang personel Brigade Hashomer berinisial D, bahkan mengatakan, ada beberapa dari rekannya yang bertugas tanpa diberi fasilitas baju ganti. Mereka juga tidak memiliki sepatu cadangan.
“Tidak ada petugas medis, tidak ada rompi, kami juga tidak saling kenal. Tidak dapat dipahami bagaimana mereka ingin memasukkan kekuatan seperti itu ke Jalur Gaza yang sebenarnya tidak memenuhi syarat,” kata tentara tersebut.
Hantu Gaza
Meskipun Israel mengaku sebanyak 593 tentara mereka telah terbunuh dan lebih dari 3.000 lainnya terluka, tapi sejumlah surat kabar Israel justru memperkirakan angka korban yang lebih besar.
Situs berita Israel, Walla, misalnya, mencatat sebanyak 4.000 tentara Israel menjadi cacat sejak awal perang. Bahkan mereka memperkirakan jumlahnya terus meningkat hingga menjadi 30.000 orang.
“Kami memerangi hantu di Gaza,” ucap sejumlah tentara Israel, dalam beberapa potongan video yang viral di media sosial.
Penyebutan itu menyasar pada taktik perang gerilya yang digunakan kelompok perlawanan Palestina saat melawan tentara Israel. Selain cedera fisik, banyak tentara Israel yang juga dilaporkan menderita trauma psikologis yang mendalam.
Baca: ‘Merdekakan Palestina!’ Menggema di Ibu Kota Amerika
Takut mati
Pengamat militer dari Al Jazeera, Mayor Jenderal Fayez Al-Duwairi, menilai keterampilan secara individu maupun di tingkatan komandan tentara memang sangat lemah.
“Penolakan sebagian tentara untuk bertempur itu adalah indikator kelemahan,” kata Al-Duwairi.
Menurutnya, prajurit cadangan Israel mengetahui betul jika mereka memasuki Gaza, maka tidak akan bisa kembali secara hidup-hidup.
“Jadi dia memprotes, menolak, kabur, dan memberontak agar tetap hidup,” katanya.