Ikhbar.com: Aksi demonstrasi yang melibatkan ribuan warga Israel menuntut Perdana Menteri Benjamin Netanyahu untuk segera menyetujui pertukaran sandera dengan Hamas semakin intensif. Unjuk rasa yang terjadi di berbagai kota, termasuk Tel Aviv, itu menyerukan pembebasan sandera, dan menyatakan kekecewaan mereka terhadap Netanyahu.
“Siapa pun yang menelantarkan mereka (para sandera) harus membawa mereka kembali,” ungkap salah satu demonstran, dikutip dari Anadolu Agency, pada Kamis, 5 September 2024.
“Netanyahu telah mengabaikan mereka, dan tidak layak untuk memerintah,” tambah peserta aksi lainnya.
“Kami ingin mereka kembali hidup-hidup, bukan terbaring di peti mati,” seru seorang demonstran lainnya.
Laporan dari surat kabar Yedioth Ahronoth menyebutkan, bahwa ketegangan meningkat di Begin Road setelah beberapa demonstran terlibat bentrok dengan aparat kepolisian, yang berujung pada penangkapan sejumlah peserta aksi.
Baca: Kesaksian Anak-anak Palestina di Penjara Israel: Disiksa, Kelaparan, tanpa Pengobatan
Selain itu, di Rehovot, sekitar 1.000 orang berkumpul untuk menunjukkan dukungan bagi keluarga Nimrod Cohen, seorang tentara Israel yang ditawan di Jalur Gaza, dengan tuntutan agar pemerintah segera menyelamatkan dan memulangkan Cohen.
Sementara itu, ratusan warga juga berdemo di dekat kediaman anggota Knesset atau parlemen Israel, Yuli Edelstein, yang menjabat sebagai ketua Komite Keamanan dan Pertahanan Knesset.
Para pengunjuk rasa berkumpul di Persimpangan Ra’anana di Rute 4, hingga menarik pengendara berhenti untuk menunjukkan solidaritas mereka.
Sebelumnya, Israel mengumumkan bahwa enam sandera dari Hamas tewas di sebuah terowongan di Rafah, dengan klaim pasukan militer bahwa Hamas bertanggung jawab atas kematian tersebut, yang terjadi beberapa saat sebelum mereka tiba di lokasi.
Sementara Kementerian Kesehatan Israel melaporkan, bahwa keenam sandera tersebut tewas akibat tembakan jarak dekat, sekitar 48 hingga 72 jam sebelum ditemukan.
Kematian enam sandera ini mengguncang masyarakat Israel, terutama karena informasi dari sumber Israel menyebutkan, bahwa tiga dari enam sandera seharusnya dibebaskan dalam tahap awal kesepakatan pertukaran sandera yang masih dalam proses pembicaraan.
Hal Ini mendorong warga untuk mendesak pemerintah, agar segera membebaskan sandera lainnya yang masih ditawan Hamas.
Hamas sendiri menuduh bahwa kematian enam sandera adalah akibat kesalahan Netanyahu. Menurut pejabat senior Hamas, Khalil Al-Hayya, mereka tewas akibat serangan yang dilancarkan pasukan militer Israel.
Baca: 250 Ribu Warga Palestina Diusir Israel dari Gaza
Hingga saat ini, Israel dan Hamas belum mencapai kesepakatan pertukaran sandera. Upaya mediasi oleh Amerika Serikat, Qatar, dan Mesir selama beberapa bulan terakhir belum membuahkan hasil karena Netanyahu menolak memenuhi tuntutan Hamas untuk menghentikan perang secara total.
Israel terus melancarkan serangan di Jalur Gaza sejak Hamas menyerang pada 7 Oktober 2023. Meskipun Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa telah menyerukan gencatan senjata, konflik ini tetap berlanjut.
Agresi Israel di Jalur Gaza telah merenggut lebih dari 40.800 nyawa warga Palestina, sebagian besar merupakan anak-anak dan perempuan, dengan lebih dari 94.300 orang lainnya mengalami luka-luka.