Begini Cara Dapur Haji Sajikan Makanan Jemaah Indonesia

Pekerja sedang mempersiapkan bahan makanan jamaah calon haji di Madinah. Dok: ANTARA

Ikhbar.com: Kerajaan Arab Saudi telah menetapkan kuota haji untuk Indonesia pada musim haji 2024/1445 Hijriah sebanyak 241 ribu orang, yang terdiri dari 213.320 haji reguler, 27.680 haji khusus, dan sekitar 45 ribu jamaah lanjut usia.

Pemerintah Indonesia memperhatikan kebutuhan konsumsi jamaah dengan serius, mengingat banyak jamaah belum pernah bepergian ke luar negeri, dan tidak terbiasa dengan makanan asing.

Baca: Syarat Kemampuan Haji menurut para Imam Mazhab

Hal itu disampaikan Kepala Daerah Kerja Madinah, Ali Machzumi. Ia juga mengatakan, pemerintah melalui Kementerian Agama (Kemenag) berupaya memastikan jamaah dapat menjalankan ibadah dengan aman dan nyaman serta mendapatkan asupan makanan yang baik. Pasalnya, makanan menjadi sumber energi penting untuk menyelesaikan seluruh rangkaian ibadah haji.

Menurut dia, puluhan penyedia layanan katering telah ditunjuk untuk menyediakan makanan setiap hari dengan cita rasa Nusantara. Sebanyak 70 ton bumbu didatangkan langsung dari Indonesia, dan didistribusikan kepada perusahaan katering yang ditunjuk pemerintah.

“Katering yang ditunjuk adalah perusahaan yang memiliki sertifikat terbaik dalam penyediaan konsumsi,” kata Ali, dikutip dari ANTARA, pada Rabu, 22 Mei 2024.

Higienitas

Tim Media Center Haji (MCH) meninjau langsung proses produksi makanan dari bahan baku hingga makanan siap saji.

Peninjauan pertama dilakukan di penyedia katering Bahar Har. Tim MCH disambut oleh Kepala Eksekutif Chef, Sapiyatin. Untuk menjaga kondisi steril, setiap orang wajib mengenakan masker.

Baca: Hukum Salat di Hotel bagi Jemaah Haji Lansia

Area pengolahan daging, sayur, dan bumbu dipisahkan untuk menghindari kontaminasi. Semua bahan masakan disimpan di tempat-tempat terpisah dalam ruang pendingin.

Di tempat ini, setiap pegawai wajib mengenakan sarung tangan khusus, penutup kepala, masker, dan sepatu yang dilapisi penutup khusus.

Katering Bahar Har adalah salah satu dari 21 penyedia jasa layanan konsumsi di Madinah, sementara di Makkah ada sekitar 47 penyedia jasa katering. Semua akan menyediakan makanan bagi jamaah tiga kali sehari.

Sapiyatin menjelaskan bahwa dapur Bahar Har mampu menyediakan 9.000 makanan per hari untuk jamaah di Madinah. Menu bervariasi setiap waktu agar jamaah tidak bosan.

Setiap kotak makan berisi nasi, dua macam lauk pauk, minuman, dan buah-buahan, dan dikemas dengan aluminium foil agar bisa dihangatkan kembali di hotel.

Dapur ini memiliki 90 pekerja, mayoritas dari Indonesia, yang bertugas di dapur, mengantar makanan ke hotel, dan berjaga di hotel.

Setelah meninjau dapur Bahar Har, Tim MCH beralih ke dapur Meiz Mary dekat Jabal Uhud. Chef Eksekutifnya, Wan Abdurahman, juga berasal dari Indonesia.

Semua bahan masakan ditempatkan terpisah antara ruang pengolahan dan penyimpanan, dan dapur mulai sibuk sejak pukul 20.00 Waktu Arab Saudi.

Pengemasan makanan dilakukan sejak pukul 02.00 WAS untuk makanan pagi, 08.30 WAS untuk makan siang, dan 14.00 WAS untuk makan malam.

Sebelum didistribusikan, makanan diuji kualitasnya. Jika tidak memenuhi standar, produksi dihentikan sementara dan diganti dengan bahan baru.

Uji Kualitas

Setelah dikemas, makanan diuji kualitasnya berkali-kali, termasuk di Kantor Urusan Haji Indonesia (KUHI) di Madinah. Sampel makanan dicek untuk memastikan sesuai standar yang ditetapkan. Jika dinilai aman, makanan didistribusikan ke hotel-hotel jamaah.

Uji sampel juga dilakukan secara berkala di Daerah Kerja (Daker), baik untuk makan pagi, siang, maupun malam. Dapur wajib mengantarkan sampel jauh sebelum waktu pendistribusian ke jamaah.

Untuk menjaga kualitas, jamaah harus memperhatikan batas waktu konsumsi makanan: pagi hingga pukul 09.00 WAS, siang pukul 16.00 WIB, dan malam pukul 21.00 WAS.

Jika melebihi waktu tersebut, petugas menyarankan untuk tidak mengonsumsinya.Jamaah lanjut usia mendapat makanan yang mudah dikunyah dan dicerna, seperti bubur atau nasi tim dengan cita rasa khas Nusantara.

Setiap dapur menyediakan 20 persen makanan untuk lansia, dengan menu yang berbeda namun tetap bercita rasa Indonesia.

Ikuti dan baca artikel kami lainnya di Google News.